Kabupaten Blitar makin ikonik dengan kondisi jalannya yang rusak. Kali ini adalah jalan kabupaten yang berada di Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok yang diviralkan sebagai lokasi wisata Jeglongan Sewu atau wisata seribu lubang oleh warganet.
Di akun IG @info_seputaran_blitar diunggah kondisi jalan yang banyak berlubang dan digenangi air. Pemilik akun menyebut lokasi jalan yang rusak dan penuh lubang itu masuk wilayah Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar.
detikJatim pun menuju lokasi yang disebutkan pemilik akun dan memang mendapati kondisi yang sama dengan apa yang digambarkan di medsos tersebut. Warga setempat, Cholil membenarkan jika postingan di medsos itu menjadi bahan perbincangan warga desanya karena viral.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya benar jalan ini. Memang kondisinya rusak seperti itu. Kira-kira jalan desa ini yang rusak sepanjang 4 kilometer sampai ke perbatasan Bacem," kata Cholil kepada detikJatim, Sabtu (27/5/2023).
Cholil yang sekarang memasuki usia 30 tahun mengaku, jalan yang rusak itu merupakan jalan kabupaten. Jalan ini merupakan akses dari dan ke Blitar dari wilayah Kediri atau Jombang.
Kondisi jalan yang sebenarnya tak layak dilintasi kendaraan dengan tonase besar, membuat tingkat kerusakan makin parah ketika hujan deras mengguyur desa itu.
"Iya dilewati truk yang ngangkut pasir batu itu. Dari tambang Candirejo saja jumlah truk tiap hari 200 lebih. Belum lagi yang dari tambang Sumberasri, Nglegok kan juga lewat sini. Jadi ya tambah ambyar dalane," imbuhnya.
![]() |
Sebuah papan proyek perbaikan jalan yang dilakukan Dinas PUPR Pemkab Blitar masih tertancap sejak pelaksanaan tahun 2021 lalu. Saat itu, proyek pemeliharaan jalan menggunakan anggaran dari DAU sebesar Rp 138.033.000 peruntukan pemeliharaan berkala jalan di Dusun Sidorejo, Desa Candirejo. Namun ternyata, kualitas jalan hanya berlaku dua pekan.
"Lha piye wong jeglongan (Lah bagaimana wong lubang) ditutup tanah urukan sama warga. Pas dibenahi itu gak dibersihkan tanahnya, hanya disapu terus langsung dilabur aspal. Rong minggu wes ambyar maneh dalane (dua minggu sudah rusak jalannya)," ungkapnya.
Sementara itu, Kades Candirejo Suparman mengaku telah melaporkan kerusakan jalan tersebut di Musrenbang tahun 2020. Perbaikan sempat dilakukan tahun 2021 lalu. Namun Suparman mengakui jika kualitas jalan tidak bagus hingga bertahan dalam hitungan jam.
"Sebelum puasa itu sebenarnya mau dibangun hotmix tapi saya tolak karena hanya bertahan dalam hitungan jam. Saya mintanya kalau memang dibangun ya harus dirabat beton. Informasi yang saya terima, RAB sudah turun. Mungkin realisasinya tiga bulan ke depan," jawab Suparman.
![]() |
Menurut Suparman, desanya memang membutuhkan kualitas jalan yang kuat karena menjadi akses keluar masuknya truk pengangkut pasir batu di lereng Gunung Kelud. Beberapa titik jalan sudah diperbaiki secara bertahap, walaupun bukan rabat beton. Seperti di wilayah Karangbendo, Rejoso dan di depan kantor balai desa.
"Kebutuhan jalan yang perlu di rabat beton itu dari Sidorejo-Candirejo sepanjang 1,5 KM. Semoga saja segera direalisasikan," imbuhnya.
Seperti biasa, usai viral, kondisi Jeglongan Sewu telah berubah. Lubang-lubang yang berjajar sepanjang jalan telah diuruk pasir oleh warga dan pamong desa setempat.
Sebelumnya, aksi warga memprotes jalan pernah terjadi di Blitar. Warga Dusun Blumbang, Ngembul, Kecamatan Binangun, Blitar menebar 30 kilogram lele hidup di lubang jalanan yang rusak. Berbeda gaya lagi yang dilakukan Warga Desa Wonodadi, Kecamatan Wonodadi ini.
Mereka yang menamakan Kelompok Sadar Healing (Pokdarling) justru menjadikan jalanan yang rusak sebagai lokasi wisata. Jalanan yang mengalami kerusakan parah terutama jalur ke arah Desa Rejosari.
(hil/iwd)