Sejarah waria (wanita pria) di Kota Pahlawan tak bisa dilepaskan dengan organisasi Perwakos, yang merupakan akronim dari Persatuan Waria Kota Madya Surabaya. Organisasi yang menaungi kaum wadam (wanita Adam) ini merupakan pertama dan satu-satunya yang didirikan dan masih eksis hingga kini di Surabaya.
Perwakos didirikan oleh oleh Pangky Kentut pada 13 November 1978. Organisasi ini mempunyai tujuan mulia yakni mempersatukan dan menyejahterakan serta mengangkat martabat kaum transpuan di Kota Surabaya, yang lekat dengan stigma negatif di tengah masyarakat.
Mohamad Haris Nasution dalam jurnalnya berjudul Perkembangan Perwakos (Persatuan Waria Kota Madya Surabaya) pada Tahun 1978-1999 (2018), menyebut gagasan Pangky tersebut terinspirasi dari organisasi yang telah ada. Salah satunya yakni Hiwad atau Himpunan Wadam Djakarta yang berdiri pada 1969.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inisiasi Pangky membentuk Perwakos juga dilandasi atas keprihatinan terhadap kaumnya yang lekat dengan stigma negatif di masyarakat. Dari situ kemudian mimpi Pangky diwujudkan dengan membentuk organisasi waria yang terorganisir yang awalnya hanya kumpul-kumpul mangkal.
Meski telah terbentuk, namun Perwakos saat itu belum dikatakan resmi. Sebab untuk diakui di mata hukum harus memenuhi sejumlah persyaratan. Antara lain organisasi harus mempunyai akta pendirian, teregistrasi ke kementerian terkait hingga harus ada peraturan atau AD/ART.
Baca juga: Cak Kartolo Kehilangan Sosok Bunda Dorce |
"Proses untuk menjadi organisasi resmi tidak mudah, sehingga membutuhkan proses yang cukup lama. Untuk menjadi organisasi yang bersifat resmi, Panky Kentut dengan didampingi notaris M.M Lomanto SH menandatangani akta pendirian organisasi nomor 46 tanggal 22 November 1978," terang Haris.
Usaha Pangky tak sia-sia, sebab pada 14 Desember 1978, Perwakos mendapat restu dari Wali Kota Madya Surabaya. Selanjutnya prosesi pelantikan pengurus dan anggota Perwakos baru terlaksana. Saat itu, Perwakos tercatat telah mempunyai anggota resmi sekitar 150 waria di Surabaya.
Sebulan usai pelantikan atau tanggal 11 Januari 1979, Perwakos telah terdaftar pada kantor wilayah Departemen Sosial Jawa Timur. Hal ini kemudian disusul dengan terbitnya surat pengesahan dari Departemen Sosial RI tertanggal 15 Maret 1979. Dengan demikian, Perwakos secara resmi menjadi organisasi legal.
Usai berdiri secara sah, maka Perwakos perlahan mulai mewujudkan cita-cita utamanya seperti yang tertuang dalam AD/ART Pasal 3 tahun 1978 yakni mempersatukan kaum transgender yang ada dalam Kota Surabaya, serta mengangkat derajat dan martabat dan memelihara kesejahteraan sosial kehidupan kaumnya.
Meski telah menjadi organisasi resmi, namun tak semua transgenger di Surabaya saat itu mau bergabung dengan Perwakos. Ini karena mereka enggan terikat dengan aturan yang diberlakukan. Salah satunya seperti larangan kegiatan prostitusi.
"Dari keseluruhan waria yang ada di Surabaya tidak semua ikut bergabung menjadi bagian dari anggota organisasi. Banyak kendala yang memang terjadi di mana waria banyak yang tidak ingin terikat dengan suatu organisasi dan melakukan terus kegiatan prostitusi," jelas Haris.
Toh begitu, Perwakos tetap harus jalan sesuai tujuan mulia didirikannya organisasi. Awalnya mereka membentuk sebuah perencanaan di bidang usaha kesejahteraan sosial dan juga pembentukan skill keterampilan kaum waria yang ada di Surabaya.
Selain berjuang dalam bidang pemberdayaan dan keterampilan, Perwakos juga aktif melakukan perjuangan hak-hak kaum waria. Ini agar eksistensi mereka diakui sebagai manusia dan warga negara yang sama dengan lainnya.
Sedangkan dalam bidang seni, dari Perwakos tercatat lahir sejumlah grup musik seperti O.M Misri Mutiara, O.M Waria Nada. Grup musik ini bahkan kerap tampil di Taman Hiburan Rakyat (THR).
Sedangkan sejumlah penyanyi individu mampu tampil dalam beberapa grup seperti The New Imitation Flowers, The Doll, The Apples, The Imitation Stars dan juga The Troops. Sedangkan untuk kesenian tradisional dari Perwakos tercatat melahirkan grup ludruk bernama Gelora Surabaya yang kerap tampil di televisi.
Kini sudah 45 tahun berlalu, Perwakos masih aktif membela dan melindungi hak-hak kaum transgender di Surabaya. Saat ini, Perwakos dipimpin oleh Sonya Vanessa sebagai ketuanya. "Iya, benar masih aktif sempai sekarang," kata Sonya.
(abq/sun)