Mantan atlet bulutangkis Indonesia, Sony Dwi Kuncoro hadir di pertandingan BNI Sirnas A Surabaya yang dihelat di GOR Sudirman. Ia tampak memantau atlet yang berada di bawah naungannya.
Dari pantauan detikJatim, Sony kerap berada di sisi luar lapangan. Hal itu dilakukannya saat para atletnya bertanding di kategori taruna maupun dini.
Usai pertandingan, detikJatim menghampiri Arek Suroboyo itu. Sony saat ini fokus membina bibit-bibit potensial atlet bulutangkis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah COVID-19, saya berhenti (menjadi atlet). Apalagi saat itu kejuaraan berhenti dan entah sampai kapan. Jadi dari situ saya putuskan berhenti main," kata Sony kepada detikJatim, Selasa (23/5/2023).
Sony mengaku, siklus para atlet di dunia sedang berputar. Ia menyebut, saat ini atlet-atlet bulutangkis di Indonesia tak 'moncer' seperti dulu. Namun, ia menampik bila Indonesia kekurangan atlet berprestasi.
"Kalau saya melihat sih, waktu itu ganda campuran dan putra memang mendominasi. Ada yang juara nasional, juara dunia, dan lain-lain. Tapi, belakangan ini memang tidak ya," ujar pria kelahiran 7 Juli 1984 ini,
Tak hanya itu, Sony menilai, saat ini adalah proses regenerasi para atlet bulutangkis di Indonesia. Bahkan, ia optimistis Indonesia akan mempunyai sejumlah atlet berprestasi yang kian cemerlang di kancah internasional.
"Ya mungkin dan saya pikir berputar, regenerasi atau bibitnya ini turun," tuturnya.
Sony berpesan, saat ada atlet berprestasi, seyogyanya mereka tak lantas berpuas diri dan tak mengembangkan bakat. Justru, para atlet butuh kerja keras ekstra untuk mengembangkan diri lebih baik.
"Ya memang butuh kerja keras lagi dari pengurus dan atlet-atlet, tapi yang pasti bukan menurun. Saya pikir memang siklusnya, dulu China sempat dapat kejuaraan, lalu tidak dapat, dan sekarang dapat lagi," katanya.
Juara OUE Singapore Open Super Series 2016 itu menegaskan, seharusnya para atlet, klub, dan semua pihak yang terlibat tetap berproses. Meski ada di posisi atas sekalipun.
Sony menerangkan, meski prestasi bagus, para atlet harus tetap berproses dan berusaha. Tak hanya di latihan saja, tapi juga materi-materi lainnya seperti psikologi dan kecerdasan atlet.
"Karena bulutangkis tidak hanya speed dan power, tapi kecerdasan atlet itu juga penting. Kalau tidak diimbangi dengan daya tahan biasanya kurang stabil, butuh semacam kepintaran. Karena apa yang saya rasakan sama dengan teman-teman, karena yang fokus dengan bulutangkis sejak kecil, bisa diterapkan cara-cara khusus nanti di Pelatnas, karena semua sudah ok termasuk bibit juga sudah banyak," tutup pemilik Sony Dwi Kuncoro Badminton Training itu.
(hil/hil)