Warga Desa Purworejo, Balong, Ponorogo punya cara tersendiri menghadapi musim kemarau. Setiap kali musim panen tiba mereka harus menyetor atau menabung gabah di lumbung desa. Tujuannya agar saat musim paceklik tiba, warga punya cadangan gabah.
"Satu Kepala Keluarga harus setor 53 kilogram dalam bentuk gabah per tahun sebagai tabungan. Tabungan utama 40 kilogram gabah sedangkan 13 kilogram gabah sebagai bentuk bunga," tutur Kades Purworejo, Didik Subagyo kepada wartawan, Jumat (19/5/2023).
Menurutnya, 13 kilogram gabah jadi sumbangan rutin warga untuk kemajuan lingkungan bersama. Semisal ada kegiatan masyarakat, warga tidak perlu lagi menyumbang uang tapi diambilkan dari gabah 13 kilogram tadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kegiatan ini sudah ada sejak tahun 1970 lalu, ini untuk ketahanan pangan warga desa kami. Tiap dusun ada lumbung masing-masing," terang Didik.
Sementara, salah satu warga, Sofian mengaku sudah mengikuti tradisi ini sejak ia masih kecil. Program ini dirasa tidak memberatkan masyarakat. Justru meringankan kebutuhan masyarakat ditengah melambungnya harga beras.
"Disini kan setiap orang pasti punya sawah, daripada hasil panen langsung habis lebih baik ditabung di lumbung, nanti saat butuh bisa diambil yang 40 kilogram gabah," jelas Sofian.
Sedangkan bunga, 13 kilogram gabah biasanya dimanfaatkan oleh warga untuk memenuhi kebutuhan lingkungan seperti sewa tenda, kursi maupun makanan di saat butuh ada acara lingkungan.
"Di Purworejo total ada 6 lumbung yang hingga saat ini masih dimanfaatkan oleh warga," tandas Sofian.
Sedangkan pengurus lumbung padi, Andre menambahkan warga di desanya juga bisa memanfaatkan meminjam gabah saat ada hajatan. Pinjaman berasal dari gabah 13 kilogram yang disetor warga per KK per tahun.
"Warga bisa meminjam gabah, nantinya juga dibayar dengan bentuk gabah. Biasanya digunakan untuk kebutuhan konsumsi acara desa 17 Agustusan," pungkas Andre.
(abq/iwd)