Seekor paus balin ditemukan nelayan dalam keadaan mati di Pantai Kejawan Putih Tambak, Mulyorejo, Surabaya. Nelayan menemukan bangkai paus pada Minggu (14/5) dan baru dilakukan pemeriksaan pagi tadi.
Divisi patologi veteriner FKH Unair drh Bilqisthi Ari Putra MSi mengatakan pihaknya baru mendapatkan laporan penemuan paus mati pada Minggu (14/5) malam. Kemudian, pagi tadi berangkat ke tengah laut Surabaya untuk dilakukan pemeriksaan.
"Posisi sudah mati, kita perkiraan 3 hari untuk kematiannya. Terdamparnya sulit memperkirakan, kapan menepi dan lain-lain sangat sulit. Yang ditemukan nelayan waktu ditemukan nelayan sudah dalam keadaan mengambang," kata Bilqis saat dihubungi detikJatim, Senin (15/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk penyebab kematian paus, Bilqis menyebut masih dalam pemeriksaan lab. Kemudian, besok Selasa (16/5) dilakukan autopsi di lokasi untuk memastikan penyebabnya.
Sebelum diautopsi, hari ini dilakukan evakuasi dari tengah laut sekitar 6-7 km dari Surabaya, lalu ditarik ke tepi pantai Mangrove. Setelah itu persiapan penanganan esok hari, karena ombak cukup tinggi.
Hari ini dilakukan pemeriksaan luar, jenis kelamin, usia, wajar atau tidak matinya. Karena posisi awal di tengah laut, sehingga tidak mungkin dilakukan outopsi di tengah laut, maka harus ditunda sampai esok hari.
Perkiraan kematian paus dilihat kembungnya perut, pembusukan kulit dan lain-lain. Kemungkinan juga terdampar di tepi, namun belum mati. Pihaknya pun sulit mengetahui, jika tidak ada data dari nelayan.
Dugaan awal, Bilqis mengatakan tidak ada tanda-tanda kekerasan. Diduga karena penyakit, namun penyakit pastinya belum bisa disampaikan. Karena dari luar tidak diketahui secara pasti.
"Kalau kematian terjadi di laut, biasanya sebelum terdampar, biasanya akibat penyakit, capek, trauma, luka-luka. Dari temuan hari ini kematian tidak ada tanda-tanda, kekerasan nabrak kabal, nabrak baling-baling tidak ada, dibunuh, ditombak tidak ada. Kemungkinan karena penyakit, seperti apa penyakitnya, apa saja kelainan besok baru diketahui," jelasnya.
Untuk mengantisipasi perut paus meletus saat autopsi, pihaknya melubangi paus. Tujuannya untuk mengeluarkan gas, sehingga tidak berpotensi meletus ketika ditangani.
"Pasti, untuk memulai proses autopsi dengan gas seperti itu ada metode dilakukan dengan melubangi paus agar gas keluar lebih dulu. Kita kurangi gasnya dan sudah kita lakukan agar persiapan besok matang dan tidak ada letusan kita kurangi gasnya," urainya.
Hasil pemeriksaan keseluruhan dan autopsi tidak bisa langsung keluar. Sehingga harus menunggu dua pekan untuk mengetahui.
"14 Hari. Kalau autopsi biasanya langsung diketahui dugaan-dugaannya. Untuk pasti penyakit dan lain-lainnya 14 hari," pungkasnya.
(esw/iwd)