Penelitian soal tuyul oleh seorang antropolog Amerika Serikat (AS) Clifford Geertz tengah menjadi perbincangan, khususnya bagi warga Kediri. Mojokuto yang disebut sebagai lokasi penelitian ternyata berada di Pare, Kabupaten Kediri.
Clifford Geertz memasukkan tuyul sebagai salah satu bagian dari penelitiannya tentang agama masyarakat di Jawa. Kajian antropologi klasik itu termuat dalam buku berjudul 'Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa'.
Dalam buku itu, Clifford Geertz mengungkapkan bahwa tuyul dipercaya oleh masyarakat Mojokuto sebagai makhluk halus yang mampu membuat orang yang memelihara menjadi kaya. Soal penelitian tentang tuyul di Mojokuto alias Pare ternyata tidak banyak diketahui oleh warga Pare sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Soal penelitian tuyul oleh Antropolog AS di Mojokuto atau Pare ini saya baru denger ya," kata Dedy Wahyu Kurniawan, salah satu warga Pare ketika ditemui detikJatim, Senin, (8/5/2023).
Meski demikian, Dedy mengatakan bahwa di Pare cerita soal tuyul memang sudah tidak asing lagi. Di tengah modernisasi yang terjadi cerita soal tuyul masih terus berseliweran. Umumnya, tuyul dikaitkan dengan uang yang tiba-tiba hilang. Sedikit-sedikit, tetapi sering.
"Misal ada warga yang cerita uangnya hilang, besoknya ada lagi cerita yang sama. Ini juga dikaitkan dengan tuyul di dunia film yang digambarkan sebagai pencuri uang," kata Dedy.
Dari situlah, kata Dedy, cerita tuyul sebagai pencuri uang tak kasat mata semakin berkembang. Dia tak memungkiri memang banyak orang yang percaya, meskipun ada juga yang tidak. Terkait benar tidaknya, menurutnya hal itu sulit dibuktikan.
"Jadi kalau ditanya pandangan saya soal tuyul, karena ini juga sulit dibuktikan ya mungkin diambil sisi positifnya saja. Lebih membentengi diri dengan iman, lebih hati-hati nyimpen duit. Itu saja," katanya.
Sebenarnya, lebih dari itu, apa yang diteliti oleh Clifford Greetz bukan soal ada tidaknya tuyul di dunia nyata. Greetz sebagai antropolog meneliti fungsi kepercayaan tentang tuyul itu di masyarakat.
Dosen Ilmu Sejarah Universitas Nusantara PGRI Kediri Sigit Widyatmoko mengungkapkan, apa yang diteliti Greetz secara langsung di Mojokuto alias Pare, Kediri itu tidak meleset. Dia melihat tuyul merupakan bagian dari budaya feodal yang masih tertinggal, yang merepresentasikan kecemburuan sosial yang terjadi di masyarakat.
(dpe/dpe)