Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menggelar Halal Bihalal secara virtual. Sebab, Halal Bihalal secara tatap muka diundur pada 2 Mei 2023. Keputusan ini diambil agar tidak semua pegawai pemerintahan kembali serentak dan menimbulkan kemacetan.
"Silaturahmi ini kan gak bisa kita lakukan secara langsung, karena ada surat edaran. Insyaallah setelah tanggal 2 Mei. Karena Presiden menyampaikan pulangnya jangan membuat macet, bisa tanggal 27 atau 28 April," kata Eri kepada wartawan di Balai Kota, Kamis (27/4/2023).
"Jadi masuk ini kita lakukan secara virtual. Saya pribadi dan institusi mengucapkan minal aidzin walfaidzin, maaf lahir batin seluruh jajaran pemkot. Baik ASN maupun tenaga kontrak," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eri mengatakan Idul Fitri merupakan momen kembali ke fitrah, seperti lembaran putih yang suci. Sehingga ia minta untuk tidak pernah mengotorinya dengan kalimat, lisan yang saling menghujat, memfitnah dan tidak bisa dipertanggung jawabkan.
"Tolong jaga persaudaraan. Karena di rumahku adalah surgaku. Ini adalah rumah. Maka aib saudara kita di dalam pemkot harus ditutup kalau sesama saudara," ujarnya.
Ia lalu berpesan untuk saling mempereratkan silaturahmi terhadap masyarakat Surabaya. Dengan begitu, ada kebijakan yang dibuat dengan turun ke balai RW, sehingga pelayanan Adminduk di kelurahan tidak penuh.
Ia menyebut bahwa di Surabaya sudah digitalisasi semua. Sehingga bisa melakukan pekerjaan dimana saja.
"Saya pernah rasakan PNS, dulu bina program saya setiap Jumat, Sabtu, Minggu ga tau pulang untuk menyelesaikan anggaran. Karena sekarang model digitalisasi model smart. Saya ingin teman-teman balai RW menyelesaikan melalui HP mereka hanya melalui aplikasi menyelesaikan di kecamatan," jelasnya.
Mantan Kepala Bappeko Surabaya ini juga ingin tidak ada antrean pelayanan di Kota Pahlawan. Menurutnya, saat ini zamannya bisa bekerja dimana saja dengan aplikasi dan tidak harus di kantor, tetapi bisa memantau dan menyelesaikan pekerjaannya.
"Bisa ngopi di masyarakat, diskusi, sehingga itu ada pendekatan pemkot dengan masyarakatnya. Tapi tetap mantau. Pekerjaan bukan hadirnya mereka dinilai kerjanya di kantor tapi ASN itu dinilai output dan outcome yang harus dicapai.
"Masio kon nang kantor, ga nang kantor yo ga papa (meski kamu di kantor ya gak apa-apa). Kelilingo ga papa. Ketimbang nang kantor tapi output ga tercapai itu jaman biyen. Sekarang kita harus bisa mengubah itu," tandas Eri.
(abq/iwd)