Santri Ponpes Syafaatul Muntadiin Kelurahan Gedog Kota Blitar punya cara tersendiri untuk mengisi waktu usai salat tarawih. Mereka memilih bermain sepakbola api di halaman masjid Baitul Fattah.
Pantauan detikJatim, ada sekitar delapan santri laki-laki yang bermain sepakbola api. Beberapa dari mereka juga masih menggunakan sarung. Selain itu, gawang yang digunakan menggunakan obor kecil dari bambu.
Ada dua tim yang bermain sepakbola api, masing-masing beranggotakan empat santri. Sementara pertandingan sepakbola api itu berlangsung selama 20 menit. Beberapa santri lain turut menonton dan meramaikan pertandingan sepakbola api tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seru bisa bermain sepakbola api, enggak terasa panas di kaki," kata salah seorang santri, Nadim (16) saat ditemui detikJatim, Selasa (18/4/2023).
Nadim mengaku senang bisa bermain sepakbola api bersama santri lainnya. Selain itu, sepak bola api biasanya hanya dilakukan saat bulan Ramadhan saja.
"Tiap tahun main (sepak bola api), biasanya 8-10 orang. Kalau persiapan cari bambu buat obor api sama cari kain bekas untuk bolanya. Terus bolanya dikasih minyak tanah, terus dibakar," tuturnya.
Sementara itu, Pengurus Ponpes Syafaatul Muntadiin, Samsuri mengatakan permainan sepak bola api dilakukan setiap menjelang akhir Ramadan. Biasanya dilakukan setiap malam 27 Ramadan dan malam ganjil lainnya.
Baca juga: Melihat Ngebutnya Tarawih Kilat di Blitar |
"Biasanya setiap malam 27 Ramadhan, tapi kemarin hujan. Jadi diganti malam ini. Sudah tradisi setiap tahunnya untuk kegiatan santri - santri," terangnya.
Menurut Samsuri, permainan sepak bola api menjadi salah satu kegiatan santri usai salat terawih. Biasanya, para santri mengikuti pondok kilat saat Ramadan. Saat menjelang berakhirnya Ramadan, santri laki-laki akan bermain sepak bola api sebagai penutup Ramadan.
"Kemudian juga untuk menyongsong Idul Fitri dengan penuh suka cita," tandasnya.
(/iwd)