Turunnya debit air sungai membuat tanggul desa di Bengawan Solo sliding dan ambles. Slidingnya tanggul ini mengancam 5 rumah warga yang berada di dekat tanggul tersebut.
Tanggul desa Bengawan Solo yang mengalami sliding dan ambles tersebut adalah tanggul di Dusun Ketintang, Desa/Kecamatan Laren. Akibat sliding ini, 5 rumah warga tersebut di bagian dapur dan sebagian pondasi terlihat menggantung.
Sebab, material longsor setelah permukaan air Bengawan Solo surut. 5 Rumah warga itu Asbu Iman, Murjani, Suwoto, Samuji dan Yatiman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tanggul Bengawan Solo sliding karena debit air turun sehingga mengakibatkan tanah yang ada dibawah pondasi ikut hanyut," kata Abu Iman, salah satu pemilik rumah kepada wartawan, Selasa (18/4/2023).
Abu menuturkan, tanggul desa tersebut sliding sepanjang lebih kurang 15 meter dengan kedalaman 1 meter.
"Pondasinya dibangun cukup dalam dan tebal sekaligus sebagai penahan tebing tanggul tapi kini menggantung karena tanahnya ikut hanyut ke bawah," ujarnya.
Menurut Abu, bangunan dapur di 5 rumah ini merupakan bantuan dari pemerintahan desa dan baru selesai dibangun 2 bulan lalu. Kejadian tanggul yang sliding inipun, aku Abu, kerap terjadi jika debit air Bengawan Solo turun secara tiba-tiba.
"Tanggul longsor ini kerap terjadi, hampir tiap tahun longsor," imbuh Abu.
Abu dan warga lainnya mengaku dihantui perasaan was-was saat Bengawan Solo mengalami pasang surut. Mereka pun telah berupaya untuk menahan tanggul agar tidak longsor dengan menanam pohon di bibir sungai. "Semoga tidak terus longsor," harapnya.
Kabid Logistik dan Kedaruratan BPBD Lamongan Muhammad Muslimin membenarkan kejadian ini. Konstruksi tanah yang labil, kata Muslimin, membuat tanah longsor saat debit air turun. Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Lamongan, lanjut Muslimin, akan melakukan assesment di lokasi kejadian. "Kami dari BPBD Lamongan bersama unsur kecamatan juga akan terus berkoordinasi untuk menentukan langkah penanganan selanjutnya," pungkas Muslimin.
(hil/fat)