Penyintas HIV AIDS di Situbondo yang meninggal tercatat 204 jiwa. Sementara pasien yang aktif rawat jalan sebanyak 222 orang.
"Dari jumlah tersebut, 13 persennya atau 30 penyintas berusia di bawah umur," kata Direktur RSUD Abdoer Rahem Situbondo dr Roekmy Prabarini Ario kepada sejumlah jurnalis di kantornya, Rabu (6/4/2023).
Diimbuhkan Roekmy, penyebaran penyakit HIV AIDS yang paling banyak memang dari hubungan seksual. Selebihnya dari jarum suntik, serta penyebab lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini memang cukup banyak pasien atau penyintas yang dirawat jalan. Baik yang melakukan pengobatan maupun konsultasi terkait penyakit yang dideritanya," ujar Roekmy.
Tujuannya yakni memperlambat penyerangan kuman terhadap sistem daya tahan tubuh. Sehingga kekebalan tubuh harus terjaga terus.
Lebih jauh Roekmy memaparkan, penyebaran virus yang belum ada obatnya itu rata-rata memang dari laki-laki, kebanyakan setelah dari prostitusi.
"Dari 222 penyintas yang di RSUD Abdoer Rahem, sekitar 13 persen masih berusia remaja," papar Roekmy.
Menurutnya, puluhan remaja yang terjangkit itu mengaku cukup sering melakukan hubungan seksual dengan PSK di lokalisasi.
"Usia penyintas itu sekitar 15 sampai 17 tahun. Mereka terjangkit karena pergaulan yang tak terkontrol dengan baik," pungkasnya.
Diketahui, BPS setempat menyebut 1.297 penderita HIV/AIDS tercatat di Situbondo selama kurun Januari - Desember tahun 2022.
Data tersebut yang tercatat di RSUD Abdur Rahem Situbondo, dalam Kabupaten Situbondo Dalam Angka 2022. Meski bisa jadi satu pasien tercatat beberapa kali masuk dalam pencatatan rumah sakit.
Dari jumlah tersebut, 204 penyintas sudah meninggal dunia, 222 rawat jalan, 952 orang mulai melakukan pengobatan antiretrovial HIV/AIDS, sisanya tak diketahui keberadaannya, meski identitasnya telah diketahui.
(abq/iwd)