Pria Surabaya ini nyaris tewas saat bercinta. Pria 42 tahun itu seketika muntah, lemas pada tubuh sebelah kanan, hingga kehilangan kesadaran. Tidak hanya itu 3 jam kemudian tubuhnya kejang-kejang saat perjalanan ke rumah sakit.
Dokter yang merawat merincinya dalam jurnal medis yang dipublikasikan di Science Direct. Ia mengungkapkan bahwa pria itu menderita aneurisma, yakni tonjolan di dinding pembuluh darah di otak. Sayangnya, dalam laporan itu tidak disebutkan kapan kasus itu terjadi.
Aneurisma itu pecah ketika pria itu sedang berhubungan seks. Akibatnya pria itu mengalami hematoma subdural akut (aSDH), yakni cedera otak parah yang menyebabkan darah terkumpul di antara tengkorak dan permukaan otak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari Daily Mail, dokter masih belum menjelaskan apa yang menyebabkan aneurisma pria itu bisa pecah secara tiba-tiba. Tetapi pada umumnya kondisi ini bisa dipicu karena olahraga berat, yang menyebabkan sesak napas, dan lonjakan detak jantung.
Dari sejumlah penelitian yang dilansir dari detikHealth, Senin (27/3/2023), kondisi itu biasanya karena cedera kepala. Namun dalam 8% kasus pasien menderita aSDH karena pecahnya aneurisma.
Menulis di Radiology Case Reports, petugas medis di Rumah Sakit Umum Dr Soetomo mengatakan pria itu sebelumnya tidak mengalami sakit kepala maupun punya riwayat trauma.
Dokter juga menyebutkan bahwa pasien itu juga tak pernah mengonsumsi obat antikoagulan, antiplatelet, atau disfungsi ereksi, yang bisa meningkatkan risiko aneurisma.
Adapun hasil pemeriksaan fisik rutin mengungkapkan pria tersebut mengalami tekanan darah tinggi yang berbahaya mencapai sebesar 183/105 mm Hg. Ia juga mendapat skor 6 dari 15 pada skala koma glasgow yang diterima secara internasional.
Skala ini biasa digunakan untuk menilai respon mata, verbal, dan motorik. Ini menunjukkan bahwa cedera otak yang dialaminya parah. Hasil CT scan juga mengungkapkan bahwa pria itu memiliki SDH di sisi kiri otaknya, yang menyebabkan terjadinya pembengkakan hingga 0,4 cm.
Penanganan yang Dilakukan
Petugas medis memberikan pria itu obat antikejang fenitoin yang sering digunakan untuk mengobati serangan epilepsi. Sekitar seminggu kemudian, pria itu menjalani angiografi serebral, yaitu pemindaian yang memberikan gambaran pembuluh darah dalam dan sekitar otak. Hasilnya, ditemukan panjang aneurisma sekitar 0,8 mm.
Pria itu menjalani operasi untuk memperbaiki aneurisma yang pecah dan meredakan pembengkakan serta tekanan pada otak. Setelah perawatan ini, pria tersebut memulihkan penggunaan sisi kanan tubuhnya.
Namun, ia mengalami kerusakan permanen pada saraf okulomotor di mata kirinya. Itu berfungsi untuk mengontrol gerakan otot mata, penyempitan pupil, dan membantu untuk memfokuskan mata.
(dpe/fat)