Perang sarung kembali marak di Surabaya. Puluhan remaja pun berhasil diamankan. Pemkot Surabaya membaca pola perang sarung ini kerap terjadi saat Ramadhan.
"Tampaknya setiap Ramadhan, tahun lalu juga banyak yang diamankan dari perang sarung itu. Tahun ini muncul lagi," jelas Kepala Satpol PP Surabaya Edsy Christijanto kepada wartawan di Balai Kota, Sabtu (25/3/2023) malam.
Eddy menyebut, sudah ada ada puluhan orang yang ditangkap karena terlibat perang sarung. Mirisnya, mayoritas pelaku adalah remaja maupun pelajar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang ditangkap Satpol PP semalam (puasa hari kedua) ada 7, sebelumnya 5 malam Jumat (puasa hari pertama), terus yang diamankan Polsek dan Polres itu ada banyak, sekitar 12-an, karena sudah kriminal. Rata-rata usianya 15, 16, 17, 18," ujarnya.
Pemkot Surabaya pun memberikan sanksi sosial kepada pelaku perang sarung. Selain itu, pemkot juga berkoordinasi dengan kepolisian jika memang ada pelaku perang sarung yang menjurus ke tindakan pidana.
"Hasil tangkapan ini diamankan dibawa ke Liponsos, dilakukan pendekatan oleh tim psikolog DP3A dan Dinsos, mereka dilakukan treatment untuk membersihkan Liponsos dan memberi makan penghuni Liponsos. Ini untuk menunjukkan bahwa di luar masih ada orang yang membutuhkan bantuan dari mereka," jelasnya.
Eddy mengatakan, sarung yang dipakai para pelaku bukan sembarang sarung. Di ujungnya sudah dimasukkan batu dan diikat sebagai senjata.
"Mereka itu alibinya cari makan sahur, tapi kenapa ikut-ikutan perang sarung itu aja. Alibinya nggak nyambung. Mereka masih anak-anak dan perlu perhatian kita," katanya.
Para pelaku perang sarung tersebut punya kelompok sendiri. Seperti yang dibawa ke kantor Satpol PP, mereka berasal dari kelompok Jalan Nginden dan Jalan Lulumba.
Satpol PP juga sudah berkoordinasi dengan Dispendik Surabaya untuk sosialisasi ke sekolah-sekolah. Mengingat pelaku perang sarung yang tertangkap didominasi pelajar.
"Kami koordinasi dengan sekolah, Dispendik, dan Kepala Dinas cabang Sidoarjo SMA. Kita minta anak-anak selama Ramadhan dan setelah liburan selesai dilaksanakan kegiatan dan aktivitas yang bernuansa Ramadhan. Supaya ada aktivitas dan tidak keluar malam hari," tukasnya.
(hil/dte)