Tradisi tarawih kilat masih lestari di Ponpes Mambaul Hikam Mantenan, Blitar. Ribuan jemaah selalu memadati lokasi ini. Para jemaah memiliki beragam alasan yang membuat mereka menunggu momen tatrawih di sini setiap tahunnya.
Tarawih 23 rakaat di sini hanya berlangsung antara 7 sampai 10 menit. Hal ini menjadi salah satu magnet banyaknya jemaah yang datang.
Hampir tiap tahun, sekitar 1.500 orang berdatangan ke sini untuk mengikuti jemaah tarawih kilat. Sebagian besar jemaah mengaku, pelaksanaan tarawih yang cepat menjadi magnet bagi mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selalu ramai kalau di sini. Terus tarawihnya cepat lebih efisien waktu. Saya jadi termotivasi ikut salat di sini. Jemaah lainnya juga antusias mengikutinya," kata Riski.
Riski mengaku setiap Ramadhan mengikuti tarawih kilat di Ponpes Mambaul Hikam. Walaupun jarak rumahnya lumayan jauh, namun dia rela menempuhnya agar tetap semangat menjalankan ibadah sunah tarawih selama bulan suci ini.
Sedangkan Udin warga Bakung, Udanawu, memang sejak kecil sudah mengikuti tradisi Ponpes Mambaul Hikam ini. Bahkan sampai dia punya anak, ia juga mengajak sang anak untuk berjemaah tarawih kilat di tempat ini.
"Memang sudah tradisi sejak saya kecil sampai saya punya anak tarawihnya di sini. Semangat kalau di sini itu. Jemaahnya banyak, selalu ramai dan cepat selesai. Nggak bikin ngantuk," jawabnya.
Tak heran, banyak jemaah menggelar tikar sendiri di pelataran pondok yang juga akrab dengan sebutan Pondok Mantenan ini. Sebab, kapasitas masjid hanya mampu menampung 750 jamaah.
Seperti juga Makiyat (45), warga Desa Selorejo, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri ini. Jarak masjid dari rumahnya sekitar 4 kilometer membuatnya tak mendapat tempat di dalam masjid.
Dengan semringah, Makiyat menggelar sajadah dan semangat menjalankan tarawih kilat sejak 25 tahun yang lalu. Baginya, salat di halaman masjid justru menguntungkan. Lantaran durasinya cepat, dia bisa segera keluar area masjid untuk kembali berdagang.
"Saya sudah hampir 25 tahun mengikuti jemaah salat tarawih di Pondok Mantenan. Saya merasa mantap dan senang salat tarawih di sini karena cepat. Jadi saya bisa cepat kembali berdagang," kata pedagang nasi goreng ini.
Tarawih kilat ini sudah ada sejak tahun 1907. Menurut pengasuh pondok pesantren Mambaul Hikam, KH Dliya'uddin Azzamzami Zubaidi, salat tarawih kilat ini sudah dilakukan secara turun temurun mulai dari Mbah Kiai Abdul Ghofur. Kemudian dilanjutkan oleh putranya Kiai Sulaiman Zuhdi dan diteruskan Kiai Zubaidi Abdul Ghofur.
Kiai Abdul Ghofur menyadari, lokasi ponpesnya berada di kawasan permukiman yang sebagian besar penduduknya menjadi petani. Kesibukan mereka saat pagi sampai menjelang senja mengolah lahan, membuat mereka enggan melaksanakan tarawih berlama-lama.
Melihat kondisi ini, Kiai Abdul Ghofur lalu berinisiatif mendirikan salat tarawih kilat agar seluruh masyarakat wilayah Mantenan Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar tidak terbebani saat menunaikan ibadah tarawih di bulan suci Ramadhan.
"Walaupun cepat, tarawih ini tidak mengurangi rukun atau syarat salat. Atau keluar dari syariat Islam. Bacaan wajib dalam salat tetap terbaca, serta tumaninah. Dalam tumaninah minimal cukup untuk melafalkan 'subhanallah'. Baik secara lisan maupun dalam hati," terang Gus Dliyak.
(hil/dte)