Luar Biasa! Tarawih Pertama Saat Nyepi di Balun Lamongan Digelar Tanpa Speaker

Luar Biasa! Tarawih Pertama Saat Nyepi di Balun Lamongan Digelar Tanpa Speaker

Eko Sudjarwo - detikJatim
Rabu, 22 Mar 2023 20:09 WIB
Masjid Miftahul Huda Desa Balun lamongan
Umat Muslim gelar tarawih di Masjid Miftahul Huda Desa Balun Lamongan saat nyepi tanpa speaker (Foto: Eko Sudjarwo/detikJatim)
Lamongan -

Hari ini Umat Muslim di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan menggelar tarawih pertama. Karena bersamaan dengan Hari Raya Nyepi, pelaksanaan tarawih pertama tidak menggunakan pengeras suara.

Salah seorang perangkat di Desa Balun, Rudi Yuda menegaskan bahwa ketika Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi seluruh masyarakat ikut mengedepankan toleransi dengan tidak sembarangan keluar rumah.

Tidak hanya itu, dia juga menyebutkan bahwa masjid tidak mengumandangkan qiraah yang biasanya diputar sebelum azan. Hanya ketika azan dikumandangkan, pengeras suara digunakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat salat tidak pakai qiraah sebelum azan. Hanya azan yang pakai speaker," ujar Rudi saat berbincang dengan detikJatim di halaman Masjid Miftahul Huda Desa Balun, Rabu (22/3/2023).

Demikian halnya saat salat tarawih pertama Ramadhan yang digelar malam ini. Karena bersamaan dengan Hari Raya Nyepi, umat muslim juga akan melakukan hal serupa. Selama Salat Tarawih tidak akan suara dari towa yang berbunyi kecuali azan. Hanya memakai speaker dalam masjid saja.

ADVERTISEMENT

"Takmir masjid sudah mengumumkan kalau nanti ada salat tarawih maka hanya azan yang memakai speaker atas, selain itu pakai speaker bawah atau speaker yang ada di dalam masjid," imbuhnya.

Hal yang sama juga berlaku saat pelaksanaan tadarus Alquran yang biasanya digelar usai salat tarawih. Takmir masjid, tambah Rudi, telah mengumumkan selama pelaksanaan Nyepi maka tadarus dilakukan menggunakan speaker bawah atau speaker dalam masjid.

"Kalau untuk tadarus atau mengaji usai salat tarawih kita pakai speaker bawah atau speaker dalam masjid, kalau persiapan khusus memang tidak ada," paparnya.

Sebelumnya, toleransi juga ditunjukkan dengan pawai ogoh-ogoh di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan yang berlangsung semarak didukung seluruh warga di desa yang dikenal dengan sebutan Desa Pancasila itu.

Tak ada persiapan khusus yang dilakukan oleh umat muslim di desa ini dalam menyambut Ramadhan yang berbarengan dengan pelaksanaan Catur Brata Penyepian yang dilakukan oleh umat Hindu di Desa Balun.

Semuanya berjalan seperti biasa. Masyarakat di desa ini hidup rukun berdampingan dengan keyakinan agama yang berbeda, yaitu Islam, Kristen dan Hindu. "Tidak ada persiapan khusus mas untuk menyambut bulan ramadan," kata Rudi.

Rasa toleransi antar umat beragama di desa ini juga ditunjukkan ketika pawai ogoh-ogoh yang baru saja usai. Pawai ogoh-ogoh tidak hanya diikuti umat Hindu saja tapi umat beragama yang lain juga ikut memanggul ogoh-ogoh keliling desa.

Ada juga umat di luar Hindu yang berjaga ketika pawai ogoh-ogoh berlangsung. Tidak adanya persiapan khusus ini terbukti saat detikJatim berkunjung ke Masjid Miftahul Huda dan semuanya berjalan seperti biasa saja.

"Kemarin pas pawai ogoh-ogoh itu ada 13 dimana 4 ogoh-ogoh dari umat Hindu sendiri sementara yang lain dari warga desa dan pemuda-pemuda sini," ujarnya.

Tingginya rasa solidaritas antar umat beragama di desa ini juga diakui oleh pemangku agama Hindu Desa Balun, Tadi. Ia menyebut, pelaksanaan pawai Ogoh-ogoh yang merupakan salah satu rangkaian peringatan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945, pada Selasa (21/3) di Desa Balun tidak hanya diikuti umat Hindu tapi juga di terdapat partisipasi dan gotong-royong masyarakat yang beragama lain, baik Kristen dan Islam.

"Kalau umat Hindu sendiri membuat 4 Ogoh-ogoh, yang 9 itu dari kelompok masyarakat lain. Saya katakan kelompok masyarakat, karena disitu campuran, ada yang Kristen, ada yang Muslim, kelompok-kelompok seperti LA Mania, grup pesilat, grup kelompok warung-warung, itu banyak yang buat, itupun kami tidak mengajak ataupun memberikan biaya, mereka dengan swadaya sendiri. Itulah toleransi yang ada di desa Balun," ucap Tadi saat pelaksanaan pawai ogoh-ogoh kemarin.

Jumlah Ogoh-ogoh dalam pawai tahun ini, menurut Tadi, merupakan jumlah terbanyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tahun-tahun lalu, kata Tadi, paling hanya 4 atau 5 ogoh-ogoh saja tapi tahun ini ternyata bisa mencapai 13 ogoh-ogoh.

Ragam bentuk ogoh-ogoh yang sudah dirangkai sejak Januari lalu itu diarak oleh masyarakat baik dari umat Hindu maupun lainnya mengitari Desa Balun sejauh kurang lebih 3 Km.

"Ini merupakan pawai ogoh-ogoh terbesar di Lamongan, jika dilihat dari antusiasme masyarakat dan jumlah ogoh-ogoh. Menariknya durasi pembuatan ogoh-ogoh ini cukup singkat karena dibantu oleh semua umat, tidak hanya umat Hindu saja," pungkasnya.




(dpe/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads