Pemkot Surabaya mengimbau warga untuk tidak menggunakan kantong plastik atau kresek saat menjual maupun bagi-bagi takjil ketika Ramadhan. Sebagai ganti penggunaan kresek, solusi yang diberikan ialah membawa kotak makan dan tumbler sendiri.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya Agus Hebi Djuniantoro mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan camat dan lurah. Sebab, SE Wali Kota tentang imbauan bulan Ramadhan tanpa sampah sudah disebar ke jajaran perangkat daerah (PD), camat, lurah dan seluruh ketua RT dan RW.
"Kami bagi tugas dengan kecamatan dan kelurahan, bagaimana caranya, paling tidak mengingatkan agar tidak menggunakan plastik dan sebagainya," kata Hebi kepada detikJatim, Senin (20/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hebi menegaskan larangan ini tidak menitikberatkan pada sanksi. Karena jika masih ditemukan akan diberikan teguran, diingatkan sembari sosialisasi.
"Titik beratnya bukan di sanksi, kalau sanksi memberatkan yang jual, yang ga punya wadah dan lainnya, sementara tas kresek dulu aja (yang dilarang). Kalau wadah es, sedotan itu masih bisa, cuma ke depannya ga boleh," kata Hebi.
Warga yang membagikan takjil juga diimbau untuk tidak menggunakan kresek. karena tujuannya baik dengan berbagi kebahagiaan di bulan Ramadhan, juga seharusnya diimbangi dengan membantu meringankan pekerjaan petugas kebersihan atau pengepul sampah.
"Sosialisasinya warga Surabaya harus membawa tepak makan dan botol minum, setiap hari harus dibawa. Kalau ada takjil ditaruh di tepak makan, kalau ada es ditaruh di tumler itu. Jadi bukan pada sanksi," imbaunya.
Pada saat puasa, petugas DLH hingga kecamatan dan kelurahan akan disebar ke Pasar Ramadhan yang digelar di Surabaya. Di sana petugas akan mensosialisasikan dan mengingatkan penjual atau pembeli yang masih menggunakan kantong plastik.
"Tidak hanya petugas DLH, tapi juga kecamatan dan kelurahan yang sudah mendapatkan imbauan. Nanti ada juga pasar Ramadhan, itu juga harus diterjunkan untuk sosialisasi agar tidak menggunakan kantong plastik, tetapi menggunakan tepak dan tumbler. Paling tidak yang datang ke Pasar Ramadhan harus membawa sendiri," jelasnya.
Menurut Eri, sosialisasi ini penting dilakukan untuk mengurangi penggunaan plastik, baik botol maupun wadah makanan dan minuman. Kemudian, sebisa mungkin makanan dan minuman harus habis, sehingga tidak menimbulkan limbah basah.
Hebi berkaca dari Ramadhan sebelumnya, jika sampah di Surabaya naik 100-200 ton. Terlebih saat menjelang Idul Fitri, sehingga menghambat petugas kebersihan yang akan mudik.
"Setiap hari normalnya 1.500-1.600, pas puasa pasti melebihi. Apa lagi pas mau hari raya, kenapa bisa sampai 400-500 ton, biasanya tukang sampah mau pulang kampung jadi dibersihkan sampai bersih," pungkasnya.
(esw/iwd)