Arus informasi yang semakin deras dan mudah diakses memberi celah bagi kabar bohong alias hoaks untuk berseliweran bebas di tengah-tengah masyarakat. Hoaks sudah merasuki di segala lini kehidupan, tak terkecuali di bidang kesehatan.
Guna menangkal hoaks, Yayasan PLATO menyelenggarakan Training of Trainer Manajemen Infodemik dan Literasi Digital Kesehatan melalui Pendekatan Komunikasi Antar Pribadi (KAP). Acara ini berlangsung di Surabaya, 15-17 Maret 2023.
"Rangkaian kegiatan selama tiga hari tersebut meliputi pembekalan teori dan role play," jelas Direktur Yayasan PLATO Dita Amalia melalui keterangan yang diterima detikJatim, Sabtu (18/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelatihan tersebut diikuti 24 peserta dari berbagai elemen masyarakat di Surabaya Raya. Antara lain Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), Kelompok Informasi Masyarakat (KIM), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Penyuluh Sosial Masyarakat (Pensosmas), penyuluh agama Kementerian Agama, Aisiyah, Fatayat NU hingga akademisi Fakultas Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA).
Dita menambahkan, setelah mendapatkan pembekalan pada hari pertama, para peserta langsung diajak praktik lapangan kepada Kader Surabaya Hebat Kecamatan Tenggilis Mejoyo.
"Pada hari terakhir ditutup dengan meninjau kembali materi yang diperoleh serta praktik langsung mengenai pelaporan melalui metode IPC Report," tambah Dita.
Para peserta juga memperoleh informasi tentang Kebijakan dan Evaluasi Program Imunisasi di Jawa Timur yang disampaikan oleh Kepala Sub Koordinator Surveilans dan Imunisasi Dinkes Jatim, Gito Hartono. Gito menyampaikan bahwa masih terdapat beberapa wilayah di Jawa Timur yang capaian imunisasi dasar pada anak belum lengkap.
"Salah satu penyebabnya adalah karena masih banyak informasi hoaks yang tersebar di masyarakat mengenai imunisasi," kata Gito.
Sementara itu, content creator sekaligus pegiat literasi digital Fajar Tri Laksono mengajak para peserta untuk mengenali ciri-ciri kabar hoaks. Jika memang mereka menerima kabar hoaks, maka kabar tersebut cukup berhenti di situ dan tidak disebar lagi.
"Peserta yang telah berpartisipasi dalam pelatihan ini, harapannya dapat mengenali dan tidak meneruskan berita bohong yang ditemui di masyarakat. Menjadi netizen yang literat dan kritis adalah merupakan salah satu ciri pejuang antihoaks," ungkap Fajar.
Ketua HWDI Surabaya Asti Dani yang menjadi salah satu peserta pelatihan itu begitu antusias. Dia mengapresiasi karena disabilitas turut diajak aktif memerangi berita hoaks.
"Apresiasi yang luar biasa kepada yayasan PLATO yang memberikan kesempatan kepada kami disabilitas untuk bisa belajar tentang KAP, proud untuk semua. Kami membawa pulang ilmu yang mahal untuk semua," ujar Asti.
(hil/dte)