Hari Kebahagiaan Internasional atau International Happiness Day dirayakan setiap 20 Maret. Berikut ulasan mengenai perayaan ini.
Mengutip situs United Nations, Hari Kebahagiaan Internasional digagas PBB pada 2013. Disebutkan bahwa mengejar kebahagiaan merupakan tujuan dasar manusia.
Hari Kebahagiaan Internasional bertujuan agar setiap orang mengingat dan menyadari pentingnya berbahagia, di balik segala kesulitan yang dihadapi. Terlebih, kebahagiaan berpengaruh pada kesehatan dan rentang hidup seseorang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Psikolog dari Unesa, Diana Rahmasari M.Si, dalam webinar Mental Health Awareness pada Juli 2020 menyebut bahagia merupakan cara agar imunitas tidak turun.
Faktor-faktor yang dapat membuat bahagia di antaranya kepribadian individu, kognisi, tujuan dan budaya. Ia menambahkan orang yang bahagia adalah orang yang mampu mengontrol emosinya dengan baik.
Ada studi pada 2014 di mana seorang psikolog dari University of California meluncurkan kursus dengan satu tujuan, yakni membantu siswa menjadi lebih bahagia hanya dalam delapan minggu. Ada ribuan siswa yang mengambil kursus Science of Happiness tersebut.
Hasilnya positif. Mereka menyelesaikan serangkaian aktivitas sederhana yang menurut penelitian tersebut dapat meningkatkan kebahagiaan.
Seorang Profesor Psikologi di Universitas Yale yang mengajar kursus gratis 'The Science of Well-Being', Laurie Santos mengatakan selama ini ada miskonsepsi yang menganggap kebahagiaan dibangun dan seseorang tidak bisa mengubahnya. Gagasan baru yang dihasilkan yakni sebagian dari kebahagiaan seseorang berada dalam kendali dirinya.
Berikut lima latihan yang menurut studi dapat meningkatkan perasaan bahagia dan kesejahteraan diri:
1. Tingkatkan hubungan sosial
Meningkatkan hubungan sosial dengan orang-orang di sekitar dapat meningkatkan rasa bahagia. Studi dari Harvard yang dilakukan selama lebih dari 80 tahun, dengan mengikuti kehidupan ratusan peserta hingga ke keturunannya membuktikan, orang-orang yang memiliki hubungan lebih kuat dengan orang sekitarnya, maka akan menimbulkan kebahagiaan.
Mereka lebih sehat secara fisik dan mental, daripada mereka yang kurang terhubung dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa, adanya hubungan dekat dengan orang di sekelilingnya merupakan faktor terbesar yang membuat seseorang bahagia sepanjang hidupnya.
Direktur Harvard Study of Adult Development, Robert Waldinger menyatakan bahwa hubungan yang baik justru membuat tubuh kita lebih sehat dan membantu kita hidup lebih lama.
2. Membiasakan diri untuk berbuat kebaikan
Tindakan-tindakan kecil seperti memuji penampilan orang asing di toko kelontong, hingga mengajak mengobrol secara ramah seorang rekan kerja yang biasanya jarang detikers sapa, secara tidak langsung melatih diri untuk melakukan tindakan-tindakan yang dapat membuat detikers merasa lebih bahagia, serta mengurangi rasa cemas dan tertekan.
Serangkaian penelitian yang dilakukan Sonja Lyubomirsky di UC Riverside menyatakan bahwa, serangkaian tindakan kebaikan yang dilakukan kepada orang lain memiliki efek kebahagiaan jangka panjang pada diri sendiri.
3. Bersyukur
Terdapat studi pada 2005 oleh Martin Seligman, Direktur Pusat Psikologi Positif di University of Pennsylvania. Ia menyebutkan bahwa melatih diri untuk menulis 3 hal yang paling disyukuri setiap hari, dapat meningkatkan kebahagiaan jangka panjang dan menurunkan gejala depresi dalam diri.
4. Melatih kesadaran
Berdasarkan penelitian dari International Journal of Wellbeing pada 2011, meditasi dapat mengajarkan otak untuk fokus pada masa kini sehingga dapat meningkatkan penerimaan diri.
Elizabeth Dunn, seorang Profesor Psikologi di University of British Columbia mengatakan jangan mengkritik emosi Anda, namun kenali mereka.
5. Melatih rasa welas asih
Dalam melatih welas asih, terdapat 3 hal yang dapat detikers lakukan:
Hidup di masa kini, jangan terlalu merenungkan masa lalu maupun mencemaskan masa depan.
Sepenuhnya memahami bahwa kegagalan merupakan hal manusiawi, setiap orang pasti pernah merasakannya.
Mengembangkan sugesti-sugesti suportif untuk diri sendiri, daripada mengkritiknya.
(sun/iwd)