Akhir Cerita Tanah Bergoyang Isi Lumpur di Lumajang, Dikeruk Lalu Diuruk

Akhir Cerita Tanah Bergoyang Isi Lumpur di Lumajang, Dikeruk Lalu Diuruk

Nur Hadi Wicaksono - detikJatim
Kamis, 16 Mar 2023 16:36 WIB
Tanah bergoyang di Lumajang dikeruk dan diuruk
Pengerukan tanah 'dangdut' di Lumajang. (Foto: Nur Hadi Wicaksono/detikJatim)
Lumajang - Tanah bergoyang yang sempat disebut 'tanah dangdut' viral di media sosial. Tanah itu dianggap membahayakan warga sehingga dilakukan pengerukan.

Petugas kepolisian bersama Koramil dan Camat Pasirian kembali mendatangi lokasi tanah bergoyang di Desa Bades, Pasirian Lumajang. Kali ini mereka membawa buldoser.

Garis polisi yang kemarin sudah dipasang dilepas oleh para petugas. Selanjutnya, buldoser milik para penambang yang didatangkan mulai mengeruk tanah bergoyang.

Ketika tanah itu dikeruk sedalam 1 meter, para petugas kembali melakukan pengecekan. Ternyata tanah itu masih bergoyang karena masih terdapat lumpur di dalamnya.

Pengerukan pun dilakukan kembali hingga kedalaman kurang lebih 2 meter. Selanjutnya, lubang bekas pengerukan itu diuruk dengan pasir dan batu yang telah disiapkan.

"Kami datang lagi untuk melakukan pengerukan tanah bergoyang yang viral dengan alat berat milik penambang. Lalu kami uruk," ujar Kapolsek Pasirian AKP Agus Sugiharto kepada detikJatim, Kamis (16/3/2023).

Pengerukan tanah bergoyang itu dilakukan karena menurut Agus tanah tersebut dinilai membahayakan warga dan kendaraan. Pengerukan dilakukan agar tidak ada yang terperosok.

Sebab, lokasi tanah bergoyang itu berada di sekitar jalan tambang pasir. Sehingga lokasi itu termasuk jalanan yang dilewati hilir mudik kendaraan besar para penambang.

"Pengerukan dan pengurukan ini dilakukan agar tidak membahayakan warga maupun kendaraan truk pasir yang melintas karena bisa-bisa terperosok," terang AKP Agus.

Ia juga mengatakan tanah bergoyang itu terjadi karena dulunya tanah itu bekas kubangan kerbau yang tertutup banjir lahar Gunung Semeru hingga permukaannya mengeras.

"Penyebab tanah bergoyang ini karena dulu itu adalah kubangan kerbau yang tertutup banjir lahar gunung semeru sehingga bergoyang saat diinjak maupun dilintasi," pungkasnya.


(dpe/fat)


Hide Ads