Waspada KLB PD3I, Khofifah Ingatkan Pentingnya PHBS dan Imunisasi Anak

Waspada KLB PD3I, Khofifah Ingatkan Pentingnya PHBS dan Imunisasi Anak

Faiq Azmi - detikJatim
Rabu, 15 Mar 2023 10:42 WIB
Khofifah
Gubernur Khofifah. (Foto: Dok. Humas Pemprov Jatim)
Surabaya -

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengimbau masyarakat untuk terus waspada terhadap kejadian luar biasa (KLB) penyakit yang dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti polio, campak, difteri dan rubela. Kewaspadaan tersebut dilakukan dengan senantiasa menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta melengkapi imunisasi pada anak.

Khofifah mengatakan, kewaspadaan ini selaras dengan Surat Edaran Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor: IM.03.02/C/976/2023, melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tahun 2022. Beberapa wilayah di Indonesia terjadi peningkatan KLB PD3I, khususnya penyakit campak dan difteri.

"Ayo segera bawa anak-anak kita ke Posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terdekat agar melengkapi status imunisasinya dan selalu menerapkan PHBS," kata Gubernur Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (15/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain mengimbau masyarakat, Khofifah juga meminta kepada seluruh jajaran dinas kesehatan untuk melakukan upaya pencegahan dan pengendalian PD3I, khususnya difteri di Jawa Timur.

"Saya instruksikan Kepala Dinkes Jatim agar berkoordinasi intensif dengan Kepala Dinkes di 38 kabupaten/kota untuk mengoptimalkan pelaksanaan surveilans difteri dan PD3I lainnya melalui peningkatan kewaspadaan dini dan respons di wilayah, salah satunya adalah dengan pelaporan melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR)," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan data Dinkes Jatim, Khofifah menyebut jumlah kasus difteri di Jatim hingga Maret 2023 sebanyak 51 kasus yang tersebar di 26 kabupaten/kota dengan jumlah kematian sebanyak 4 kasus.

Terkait hal itu, Khofifah telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Gubernur tanggal 17 Februari 2023 perihal Kewaspadaan terhadap PD3I kepada Bupati/Walikota se-Jawa Timur.

Selain itu, Pemprov Jatim juga bekerja sama dengan dinkes kabupaten/kota dalam menanggulangi penyakit difteri, antara lain melakukan penyelidikan epidemiologi kasus difteri, melaksanakan Outbreak Response Immunization (ORI) di wilayah yang terdampak kasus difteri serta menyiapkan logistik berupa vaksin difteri dan antidifteri serum.

Sementara itu, Kadinkes Jatim Erwin Astha Triyono menjelaskan bahwa penyakit difteri disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphteriae dan menular melalui droplet.

Dengan kata lain, sambungnya, apabila seseorang tidak sengaja menghirup atau menelan percikan air ludah orang lain yang terpapar difteri saat batuk atau bersin, serta menyentuh benda yang sudah terkontaminasi air liur penderita maka berpotensi tertular.

"Karena penularannya melalui droplet dan sentuhan benda yang terkontaminasi dengan air liur penderita, saya mengimbau agar masyarakat terus menerapkan PHBS. Salah satunya dengan cara memakai masker jika di tempat terindikasi terjadinya kasus serta selalu rajin mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir," ujar Erwin.

Lebih lanjut, kata Erwin, komplikasi yang sering terjadi pada kasus difteri adanya miokarditis, gangguan ginjal, bahkan kematian yang diakibatkan karena adanya toksin (racun) yang dikeluarkan bakteri penyebab Difteri.

Gejala dan tanda khas dari difteri bisa dilihat dengan adanya pseudomembran (membrane berwarna putih keabu-abuan di sekitar tonsil atau faring). Tanda dan gejala lainnya seperti sakit tenggorokan, batuk, demam, bullneck (pembengkakan leher), stridor (sesak napas yang berbunyi).

"Saya menghimbau kepada masyarakat, jika menemui gejala tersebut, segera periksakan diri ke fasyankes terdekat untuk segera ditangani," tegasnya.




(hil/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads