Salah satu tetangga yang tinggal sekitar 100 meter dari kediaman korban, Kasturi mengatakan, selama korban masih hidup tidak pernah terlihat membuat atau bermain petasan.
"Sepengetahuan saya, tidak pernah lihat di wilayah kampung sini ada bermain petasan. Ada itu di luar agak jauh. Bukan di lingkungan RT sini, kalau korban ini juga kayak nggak pernah main mercon," ujar Kasturi kepada detikJatim, Senin (13/3/2023).
Ia menyampaikan, korban yang tinggal secara terpisah dengan Ibu dan dua adiknya di rumah kakek itu jarang sekali pulang. Korban lebih banyak menghabiskan waktu di luar untuk bekerja serabutan.
"Yang saya tahu, dia jarang sekali di rumah. Mungkin 1 minggu sekali pulang kalau enggak 1 bulan sekali baru pulang. Biasanya hari Sabtu gitu pulang," kata Kasturi.
Hal tersebut dibenarkan paman korban, Yahya (39). Hasan memang jarang pulang karena setelah lulus SMK 1 tahun lalu, dia langsung bekerja serabutan sebagai kuli bangunan di Mojokerto. Ketika pulang, korban kadang bekerja di sawah.
"Biasanya ngunjungi orang tuanya itu seminggu sekali atau sebulan sekali ngasih uang. Karena ayahnya meninggal dan dia menjadi tulang punggung keluarga. Sebelum kejadian, dia di rumah 10 hari karena proyeknya habis," terangnya.
Yahya mengaku baru mengetahui jika korban meracik mercon. Informasi itu didapat saat bertanya kepada adik korban usai polisi melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).
"Saya awalnya gak tahu karena sosok korban yang tertutup. Saya baru tahu ya kemarin itu saat tanya ke adiknya," tandasnya.
Seperti diketahui, ledakan yang diduga berasal dari obat mercon di kediaman Hasan terjadi pada Sabtu (11/3/2023). Ledakan tersebut turut merenggut nyawa Hasan. Sementara dua korban mengalami luka.
Foto : Kondisi rumah yang terdampak ledakan di Kasembon, Kabupaten Malang.
(hil/fat)