Belasan petani penggarap lahan pertanian di wilayah Ijen melakukan aksi menutup akses jalan di kawasan itu. Penutupan dilakukan sebagai aksi protes terhadap Perhutani.
Dalam aksinya, mereka memasang barikade berupa pohon yang sengaja ditebang. Kayu-kayu dan ranting tersebut lantas ditaruh di tengah jalan menuju petak 88 dan sekitarnya atau dikenal sebagai kawasan Curah Penai.
Akibat aksi penutupan jalan tersebut, akses menuju kawasan pertanian sayur-mayur tertutup dan tak dapat dilalui. Tak hanya melintangkan pohon, belasan petani berasal dari kawasan Ijen dan sekitarnya itu juga berjaga. Mereka memutar balik siapapun yang hendak melintas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Sejak ada perusahaan yang ditunjuk Perhutani, warga penggarap sangat dirugikan," jelas Ahmad Yudi, salah seorang warga, ditemui detikJatim di lokasi, Kamis (9/3/2023).
Menurut Yudi, warga sekitar Ijen biasanya menanam tanaman hortikultura di kawasan itu. Namun, setelah ada perusahaan yang ditunjuk Perhutani masuk, warga kehilangan lahan garapannya.
"Karena lahan yang biasa kami garap, saat ini sudah digarap perusahaan itu," imbuh Yudi, diamini belasan warga lainnya.
Para petani penggarap awalnya sempat dijanjikan lahan baru oleh Perhutani Bondowoso. Namun hingga kini janji tersebut hanya kosong belaka.
Data lain dihimpun, perusahaan yang ditunjuk oleh Perhutani itu disebut saat ini menggarap lahan seluas sekitar 200 hektare. Sebagian besar luasan lahan tersebut saat ini memang digarap warga.
Bahkan, warga penggarap yang mengelola lahan sejak puluhan tahun itu juga membuat jalan masuk menuju lokasi yang dilakukan secara swadaya.
"Selama ini kami tak pernah diajak ngomong maupun sosialisasi tentang alih garap itu. Tahu-tahu sudah ditraktor oleh perusahaan pengelola itu," pungkas Yudi.
(abq/iwd)