Seorang pria berusia 41 tahun di India tewas secara tragis. Ia meninggal dunia usai mengonsumsi Viagra dan alkohol secara bersamaan.
Dikutip dari detikhealth, insiden bermula saat pria asal Nagpur, India ini sedang menginap di sebuah hotel dengan seorang teman wanitanya. Keduanya minum alkohol bersama sebelum pria itu mengambil dua tablet yang mengandung 50 mg sildenafil merek Viagra.
Menurut Journal of Forensic and Legal Medicine edisi Maret, ia merasa tak nyaman ketika terbangun di esok harinya. Dia pun muntah-muntah hingga teman perempuannya mendesaknya mencari bantuan medis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang tidak disebutkan identitasnya tersebut menepis kekhawatirannya dan mengatakan pada temannya bahwa dia pernah mengalami gejala ini sebelumnya. Namun, kondisinya semakin parah.
Akhirnya, pria itu dibawa ke rumah sakit. Sayangnya, sesampainya di RS, ia dinyatakan meninggal dunia. Dia meninggal karena pendarahan serebrovaskular, ketika pengiriman oksigen ke otak berkurang.
Sementara hasil autopsi menunjukkan penyebab kematiannya. Pria ini meninggal dunia akibat campuran alkohol dan obat-obatan, serta tekanan darah tinggi yang diidap sebelumnya.
Tingkat alkohol dalam darahnya adalah 0,186 atau hampir empat kali lipat batas mengemudi legal Australia yaitu 0,05.
Di India, penggunaan Viagra tanpa pengawasan dan resep telah merajalela. Kebanyakan orang menggunakannya untuk hubungan seksual yang lebih tahan lama daripada sebagai bantuan untuk disfungsi ereksi (impoten).
Dilaporkan Daily Mail, pria ini tidak memiliki resep untuk obat tersebut. Efek samping obat termasuk sakit kepala, sakit perut berulang, masalah tekanan darah, kemerahan dan hidung tersumbat.
Selain itu, obat tersebut memiliki manfaat lain yang tidak terkait dengan keperkasaan pria. Pada Januari, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Sexual Medicine mengklaim penggunaan obat menurunkan risiko penyakit jantung pada pria sebesar 39 persen.
Dikutip dari NY Post, para peneliti dari University of Southern California mempelajari 70 ribu pria dewasa dengan usia rata-rata 52 tahun yang telah didiagnosis dengan disfungsi ereksi antara tahun 2006 dan 2020.
Para peneliti melihat catatan medis peserta untuk melihat siapa yang telah meminum obat tersebut dan apakah mereka menderita masalah jantung selama masa tindak lanjut. Faktor-faktor seperti ras, tinggi dan berat badan diperhitungkan saat menyesuaikan temuan.
Studi ini menemukan mereka yang menggunakan obat disfungsi ereksi lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami masalah jantung dan kematian akibat penyakit jantung turun hampir 40 persen.
(hil/dte)