ODGJ di Dawarblandong Mojokerto 130 Orang, Kadang Ngamuk-Bawa Sajam

ODGJ di Dawarblandong Mojokerto 130 Orang, Kadang Ngamuk-Bawa Sajam

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Rabu, 22 Feb 2023 21:50 WIB
TRC ODGJ Puskesmas Dawarblandong, Mojokerto
TRC ODGJ Puskesmas Dawarblandong, Mojokerto (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto - Jumlah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto saat ini mengkhawatirkan karena mencapai 130 orang. Tak ayal, puskemas setempat membentuk tim reaksi cepat (TRC) untuk menangani ODGJ yang kadang kala mengamuk sembari membawa senjata tajam.

Dawarblandong terletak di ujung utara Kabupaten Mojokerto. Kecamatan dengan 18 desa ini berbatasan dengan Kabupaten Gresik dan Lamongan. Ternyata, kasus orang gila atau ODGJ menjadi perhatian serius pemerintah di kecamatan ini.

"Di Dawarblandong banyak sekali ODGJ. Saat ini terdapat 130 ODGJ yang masih berobat, itu belum yang dari luar. Kadang-kadang kami dapat kiriman dari daerah lain, seperti Gresik dan Lamongan yang berbatasan," kata Kepala UPT Puskesmas Dawarblandong dr Deny Setiyawan kepada wartawan di kantornya, Rabu (22/2/2023).

Ia menjelaskan, orang yang mengalami gangguan jiwa karena faktor genetik. Pemicunya bisa karena interaksi intens dengan keluarga yang sudah berstatus ODGJ, bisa juga karena tekanan sosial dan ekonomi.

"Kami tidak bisa menurunkan jumlah ODGJ, kami hanya bisa mengontrol mereka," terang dr Deny.

Untuk mengontrol para ODGJ di wilayahnya, lanjut dr Deny, pihaknya menjalankan program posyandu jiwa. Sebagai tahap awal, program tersebut diterapkan di Desa Suru karena kasus ODGJ-nya tertinggi dibandingkan 17 desa lainnya.

"Posyandu jiwa itu petugas kami mengunjungi pasien ODGJ yang tidak mau berobat ke rumahnya masing-masing agar mereka mau berobat rutin," jelasnya.

Sedangkan program kedua berupa kader jiwa. Menurut dr Deny, setiap desa mempunyai 4 kader jiwa. Sehingga totalnya terdapat 72 kader di Kecamatan Dawarblandong yang sudah menerima pelatihan.

Para kader jiwa diharapkan membantu memberi pemahaman kepada keluarga para ODGJ agar pasien mengonsumsi obat secara teratur.

"Semua kader sudah kami beri pemahaman bahwa semua ODGJ harus berobat teratur, karena kalau putus obat, mereka mengamuk," cetusnya.

Kedua program tersebut, kata dr Deny, mampu menurunkan jumlah ODGJ yang tidak terkontrol di Kecamatan Dawarblandong. Jika tahun lalu terdapat 105 ODGJ yang enggan berobat teratur, tahun ini turun menjadi 80 pasien. Sehingga saat ini 50 pasien sudah meminum obat secara teratur dari puskesmas.

"Karena sudah banyak yang mau berobat rutin ke Puskesmas Dawarblandong," ungkapnya.

Karena masih banyak ODGJ yang sama sekali tidak mau berobat, Puskesmas Dawarblandong telah membentuk TRC. Tim kecil ini hanya terdiri dari 1 sopir ambulans, 1 dokter dan 1 perawat. Mereka bertugas mengevakuasi pasien yang mengamuk.

"Mereka sudah pernah pelatihan menangani ODGJ yang mengamuk. Kami kerja sama dengan koramil dan polsek dan relawan. Karena terkadang pasien mengamuk dengan membawa sajam," cetusnya.

Ke depan, tambah dr Deny, Puskesmas Dawarblandong juga akan melaksanakan program pemberdayaan ODGJ. Pihaknya berharap bisa bekerja sama dengan Dinas Sosial Kabupaten Mojokerto untuk membuat panti kesehatan jiwa. Di panti tersebut, semua pasien diberi pelatihan untuk aktualisasi.

"ODGJ kalau diam saja akan berhalusinasi sehingga mudah kambuh. Maka harus diberi kegiatan," tandasnya.


(hil/fat)


Hide Ads