Banjir bandang yang sering menerjang Ijen beberapa tahun terakhir diduga karena alih fungsi hutan di lereng Gunung Raung dan Gunung Suket. Akibatnya, tanah menjadi gembur dan berpotensi longsor saat hujan.
"Karena kejadian seperti ini sudah seringkali, maka perlu dilihat kembali potensi penyebabnya," papar Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, dikonfirmasi wartawan di Ijen, Senin (13/2/2023).
Ternyata di lereng-lereng kawasan itu memang banyak tanaman yang tak cukup kuat memberi penguatan tanah, ketika intensitas hujan tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harus ada opsi untuk sumber pendapatan masyarakat yang saat ini menanam kentang, karena membuat tekstur tanahnya tidak kuat," urai Khofifah.
Menurutnya, jika di daerah Ijen memang strategis untuk menanam kopi, maka itu menjadi intensifikasi dan ekstensifikasi menjadi opsi sumber pendapatan masyarakat.
"Jika kopi dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat, maka harus jadi prioritas. Agar daya dukung alam dan lingkungan tetap terjaga," pungkas mantan Menteri Sosial ini.
Banjir bandang menerjang kawasan Ijen, Minggu (12/2/2023) malam. Tak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Namun perkampungan warga dipenuhi material berasal dari limpasan air sungai.
Kondisi paling paling parah di Kampung Baru, Kasilat. Material sungai terdiri dari kayu, bambu, dan benda lainnya menerjang permukinman warga.
Material itu merupakan yang terbawa aliran sungai yang memang meluap sangat besar. Banjir tersebut sebagai dampak hujan deras sejak siang hari yang terjadi di kawasan hulu Kecamatan Ijen.
(abq/iwd)