H Samsudin, Sultan Madura yang menyulap rumah mewahnya jadi kandang sapi jatuh bangun merintis usaha sejak muda. Saat ini dia menjadi bos besi tua dan agen pipa besi yang sukses di Jakarta.
Pria asal Desa Lantek Timur, Kecamatan, Galis, Bangkalan ini mengaku cuma lulusan SMA. Selepas tamat SMA, dia langsung merantau ke ibu kota. Dia harus jatuh bangun di usia muda berbisnis besi tua.
"Waktu itu sekitar tahun 1992 saya baru lulus SMA berangkat ke Jakarta," beber H Samsudin dihubungi detikJatim via telepon, Sabtu (11/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anak keempat dari pasangan H Abdul Bari dan Fatimah itu tak langsung sukses. Merintis usahanya dari bawah, H Samsudin harus berpeluh keringat demi dirinya dan keluarga.
Dia dan keluarganya benar-benar baru merasa mapan pada 2008. Saat itu lah H Samsudin iseng membeli sapi karapan.
"Dulu saya ke Jakarta niatnya mencari pengalaman baru. Alhamdulillah ternyata ekonomi terus membaik, tahun 2008 nyoba (membeli) satu pasang sapi karapan," tambahnya.
Di tengah kesibukannya sebagai pengusaha besi tua, H Samsudin secara telaten menekuni hobi karapan sapi. Dia menyebut karapan sapi adalah hobi turun-temurun dari sang kakek yang bernama H Abu Bakar.
"Kalau garis penghobi karapan dari kakek saya, orang tua ibu. Kakek punya sepasang karapan sapi bernama Sonar," lanjut H Samsudin.
Setelah usahanya makin besar, H Samsudin semakin lancar menyeriusi hobinya. Hingga pada akhirnya pada 2012 dia habis-habisan untuk melestarikan karapan sapi.
Dia mulai membangun rumah mewah untuk sapi-sapi jawaranya. Miliaran rupiah rela ia keluarkan demi sapi istimewa.
"Waktu itu saya keluarkan biaya sekitar Rp 6 miliar untuk biaya pembuatan dua rumah berjajar. Satu untuk tempat tinggal keluarga saat pulang kampung, satu untuk markas tim (juru rawat dan suporter sapi) dan juga kandang sapi," akunya.
H Samsudin tak pernah hitung-hitungan untung dan rugi untuk karapan sapi. Baginya yang paling penting adalah menjaga budaya Madura asli. Selain itu, dia ingin mengembalikan masa kejayaan sapi Sonar Madura milik sang kakek.
"Dulu sapi Sonar milik kakek pernah tujuh kali juara Piala Presiden berturut-turut," ungkapnya.
(abq/dte)