Rumah di Desa Lantek Timur, Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan itu begitu megah. Penghuninya bukan manusia, melainkan sapi Sonar Madura yang dipakai untuk karapan sapi. Pemilik rumah itu adalah H Samsudin, Sultan Madura bos besi tua.
Ya, H Samsudin merupakan pebisnis besi tua. Sapi-sapi di rumah mewahnya itu bukan mata pencaharaian utamanya. Dia merawat sapi-sapi itu untuk menuruti hobi gilanya, sekaligus melestarikan budaya asli Madura. Karapan sapi.
"Kak Toan (H Samsudin) itu pengusaha besi tua dan agen pipa besi di Jakarta," ungkap sepupu H Samsudin, H Syatii kepada detikJatim, Sabtu (11/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Syatii menambahkan, sepupunya itu adalah sosok yang ulet dan begitu mencintai budaya Madura. Tak heran, dia rela merogoh kocek hingga miliaran rupiah sebagai lambang kebanggaan terhadap karapan sapi.
"Kak Toan rela keluarkan miliaran untuk bangun rumah mewah, untuk kandang sapinya karena kecintaannya terhadap karapan sapi," tambahnya.
Dihubungi melalui telepon, Jumat (10/2), H Samsudin mengakui bahwa dirinya memang telah mengeluarkan miliaran rupiah demi sapi-sapi istimewa. Anak keempat dari lima bersaudara ini mulai terjun langsung pada 2012. Dia mulai membangun rumah mewah untuk sapi Sonar Madura miliknya.
"Waktu itu saya keluarkan biaya sekitar 6 miliar untuk biaya pembuatan dua rumah berjajar. Satu untuk tempat tinggal keluarga saat pulang kampung, satu untuk markas tim (juru rawat dan suporter sapi) dan juga kandang sapi," beber H Samsudin.
Pria yang kini lebih banyak menghabiskan waktunya di Jakarta ini melanjutkan bahwa budaya karapan sapi adalah warisan dari kakeknya. Dia ingin mengembalikan masa kejayaan sapi Sonar Madura.
"Sejak kecil saya mencitai karapan sapi, baru 2012 terjun langsung. Dulu sapi Sonar milik kakek pernah tujuh kali juara Piala Presiden berturut-turut," ungkapnya.
Meski menelan biaya cukup besar, H Samsudin tak pernah menghitung untung rugi dari lomba karapan sapi. Menurutnya, banderol yang ia keluarkan tak sebanding dengan kebanggaan dan kepuasan yang ia rasakan.
"Kalau menghitung untung rugi pasti nggak jadi memelihara sapi karapan. Soalnya punya sapi karapan itu biayanya sangat banyak," tandasnya.
(fat/dte)