Sebanyak 1.500 santri dan kiai menggelar doa bersama untuk memperingati harlah 1 abad NU di Jombang. Acara sekaligus untuk mendoakan para pendiri NU, serta meneladani sejarah organisasi keagamaan terbesar di Indonesia.
Tahlil dan doa bersama memperingati 100 tahun atau 1 abad NU ini digelar keluarga besar Pondok Pesantren (Ponpes) Mambaul Ma'arif Denanyar, Jombang. Pesantren ini didirikan KH Bisri Syansuri yang merupakan salah seorang tokoh pendiri NU.
Sejumlah tokoh menghadiri tahlil dan doa bersama di Masjid Jami' Ponpes Mambaul Ma'arif ini. Antara lain Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar dan Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar. Kiai Marzuki didapuk memimpin tahlil dan doa bersama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk memperingati 1 abad NU ini, kami keluarga besar Ponpes Denanyar yang merupakan pondok yang didirikan oleh salah satu pendiri NU akan melaksanakan istigasah kubro dan tahlil akbar. Berdoa untuk masyayikh dan para pendiri NU bersama para pengasuh, kiai dan para santri," kata Pengasuh Ponpes Mambaul Ma'arif KH Abdussalam Shohib atau Gus Salam di lokasi, Selasa (7/2/2023).
Gus Salam menjelaskan acara doa bersama ini merupakan momen bagi para santri dan para kiai yang hadir untuk mengenang jasa para pendiri NU. Salah satunya KH Bisri Syansuri yang dimakamkan di Ponpes Mambaul Ma'arif.
"Ini dalam rangka kita mengenang dan meneladani sejarah dan juga kebaikan-kebaikan para pendiri NU. Kita ini kebetulan di Ponpes kami adalah salah satu pendiri NU, kami ingin mengadakan kegiatan yang sifatnya spiritual di tempat makam dari Pendiri NU KH Bisri Syansuri," jelasnya.
Peringatan 1 abad NU ini, lanjut Gus Salam merupakan momen penting untuk mengingat sejarah berdirinya NU. Ia mengajak semua yang hadir untuk merenungkan dan mengingat kembali semangat berdirinya NU.
"Secara substansial NU didirikan berlandaskan keilmuan dan kebersamaan. Makanya Nahdlatul itu bangkit, bangkit itu membutuhkan sebuah tenaga yang cukup dan tenaga paling kuat itu adalah kebersamaan dan kekompakan," terangnya.
Sedangkan kata Ulama, menurut Gus Salam artinya orang yang berilmu. Sehingga landasan keilmuan bagi NU tidak boleh bergerser sedikit pun.
"Bahwa cita-cita beliau-beliau (para pendiri NU) ini adalah membangun kebersamaan, kekompakan berlandaskan keilmuan untuk memperjuangkan aswaja an nahdliyah sekaligus memberikan pelayanan kepada umat," tandasnya.
(abq/iwd)