- Contoh Teks Negosiasi: 1. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Sepatu 2. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Buah Mangga 3. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Baju 4. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Kerudung 5. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Mobil 6. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Motor 7. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Barang Kolektor 8. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Tanah 9. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Online 10. Contoh Teks Negosiasi Warga dengan Investor 11. Contoh Teks Negosiasi dalam Perniagaan 12. Contoh Teks Negosiasi dalam Kegiatan 13. Contoh Teks Negosiasi Persengketaan 14. Contoh Teks Negosiasi Pinjaman Modal di Bank-Toko Roti 15. Contoh Teks Negosiasi dalam Bisnis
Negosiasi atau tawar menawar kerap mewarnai kehidupan sehari-hari. Berikut 15 contoh teks negosiasi mulai tawar-menawar di pasar hingga urusan bisnis.
Dikutip detikEdu dari Buku CCM Bahasa Indonesia SMA dan MA karya Tomi Rianto, teks negosiasi merupakan teks yang berisi interaksi sosial antara satu orang dengan lainnya, yang berfungsi untuk menetapkan keputusan di antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan berbeda.
Misalnya saat membeli rambutan di pasar buah. Banyak pembeli yang menawar harga rambutan tersebut. Sehingga terjadi interaksi antara penjual dan pembeli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Negosiasi bertujuan untuk mencapai kesepakatan yang bisa diterima kedua belah pihak. Bisa dalam transaksi, soal sengketa atau dalam perselisihan pendapat. Itu seperti dikutip dari buku TOP ONE Ulangan Harian SMA/MA IPA Kelas X karya Tim Super Tentor.
Untuk lebih jelasnya, berikut sederet contoh teks negosiasi. Mulai tawar-menawar di pasar, saat belanja online hingga urusan bisnis.
Contoh Teks Negosiasi:
1. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Sepatu
Pembeli: Pak saya mau tanya dulu, sepatu ini berapa harganya?
Penjual: Kalau sepatu itu premium, Nak. Harganya Rp 400 ribu, Nak.
Pembeli: Harganya boleh kurang tidak, Pak?
Penjual: Hmmm, boleh. Mau nawar berapa, Nak?
Pembeli: Rp 250 ribu saja, Pak. Soalnya saya hanya membawa uang segitu. Bagaimana?
Penjual: Wah, harga segitu rasanya tidak bisa, Nak.
Pembeli: Kalau Rp 300 ribu, Pak?
Penjual: Naikin dikit ya, Nak. Rp 350 ribu Bapak lepas sepatu ini.
Pembeli: Iya, Pak. Saya setuju, ini uangnya. Terima kasih ya, Pak.
2. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Buah Mangga
Pembeli: Berapa harga sekilo mangga ini, Bang?
Penjual: Rp 30 ribu, Bu. Murah.
Pembeli: Boleh kurang kan, Bang?
Penjual: Belum boleh, Bu. Barangnya bagus lho, Bu. Ini bukan karbitan. Matang pohon.
Pembeli: Iya, Bang, tapi harganya boleh kurang kan? Kan lagi musim, Bang. Rp 20 ribu saja ya?
Penjual: Belum boleh, Bu. Rp 28.000 ya biar saya dapat untung, Bu.
Pembeli: Baiklah, tapi saya boleh milih sendiri, kan Bang?
Penjual: Asal jangan pilih yang besar-besar, Bu. Nanti saya bisa rugi.
Pembeli: Iya, Bang. Yang penting saya dapat mangga yang bagus dan tidak busuk.
Penjual: Saya jamin, Bu. Kalau ada yang busuk boleh ditukarkan.
Pembeli: Baiklah, saya ambil 3 kilo ya Bang.
3. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Baju
Penjual: Ada yang bisa dibantu Mas?
Pembeli: Baju yang ini ukuran L ada tidak?
Penjual: Ada Mas, sebentar saya ambil.
Penjual: Ini Mas ukuran L.
Pembeli: Berapa harganya Mas?
Penjual: Itu harganya Rp 300 ribu, pasnya Rp 290 ribu.
Pembeli: Bisa Rp 260 ribu tidak Mas?
Penjual: Tidak bisa Mas, paling dikurangi lima ribu Rupiah jadi Rp 285 ribu.
Pembeli: Harganya Rp 280 ribu saja Mas, langsung saya beli.
Penjual: Iya baiklah.
4. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Kerudung
Penjual: Selamat siang.
Anton: Selamat siang.
Penjual: Mau beli apa, Mas?
Anton: Ini Mbak, saya mau beli kerudung untuk ibu saya.
Penjual: Cari yang model bagaimana, Mas?
Anton: Model biasa saja, Mbak.
Penjual: Silahkan Mas, ke sini ke dalam toko.
Penjual: Silakan dipilih, Mas. Banyak pilihannya kok.
Anton: Saya suka yang hijau kalau dilihat segar, Mbak.
Penjual: Iya mas. Cocok kalau dipakai oleh ibu, Mas.
Anton: Ini berapa, Mbak?
Penjual: Rp 50.000
Anton: Wah, kok mahal Mbak? Rp 30.000 tidak boleh?
Penjual: Tidak boleh, Mas, itu bahannya bagus soalnya.
Anton: Tidak bisa kurang, Mbak?
Penjual: Rp 45.000 boleh, Mas.
Anton: Rp 40.000 ya, Mbak? Ini untuk oleh-oleh ibu saya.
Penjual: Benar Mas tidak boleh. Nanti toko saya bisa bangkrut.
Anton: Ya sudah, Mbak Rp 45.000, saya ambil yang ini.
Penjual: Mau beli apa lagi, Mas?
Anton: Itu saja Mbak. Ini uangnya, Mbak.
Penjual: Uangnya Rp 50.000 ya, Mas? Ini kembaliannya Rp 5.000. Terima kasih, Mas.
Anton: Iya Mbak, sama-sama.
5. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Mobil
Penjual: Selamat datang di garasi lawas saya, Mas Sueb.
Pembeli: Oh ini ya Mas, Toyota Starlet yang mau dijual itu? Keren, tahun berapa ini Mas?
Penjual: Mobil ini tahun 1990, Mas Sueb. Surat-suratnya lengkap, pajak hidup.
Pembeli: Waktu kemarin sampean kirim video suara mesinnya, saya sebetulnya langsung jatuh hati Mas. Cuma terkendala dengan harga yang ditawarkan.
Penjual: Iya Mas Sueb, saya buka di harga Rp 48 juta. Kemarin ada yang nawar Rp 41 juta, nggak saya lepas.
Pembeli: Iya Mas, apa daya, saat ini saya hanya punya uang Rp 40 juta. Tapi serius Mas, saya tertarik dengan mobil lawas ini. Akan saya rawat sepenuh hati.
Penjual: Ya sudah, Mas Sueb. Saya lepas ke sampean deh walau Rp 40 juta. Saya percaya sampean benar-benar ingin mobil ini. Bukan untuk dijual kembali dan mencari keuntungan. Tapi karena suka dengan mobilnya.
Pembeli: Wah terima kasih Mas. Semoga berkah untuk kita semua. Saya bayar via transfer bank ya Mas.
Penjual: Siap Mas, aamiin.
6. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Motor
Penjual: Ini Mas Sueb, Honda Supra X tahun 2022 yang sampean taksir.
Pembeli: Ia Mas Gambir, masih mulus ya bodinya.
Penjual: Ia Mas Sueb, soalnya saya sering dinas di luar kota, maklum prajurit. Jadi paling motor ini sesekali dipakai pembantu saya.
Pembeli: Jujur saya tertarik dengan motor ini, Mas Gambir. Tapi tolonglah harganya dikurangi dari yang kemarin.
Penjual: Iya kemarin saya banderol Rp 5 juta karena disesuaikan dengan kondisinya saat ini. Bodi mulus mesin halus.
Pembeli: Saya tawar Rp 3,5 juta ya, Mas Gambir.
Penjual: Waduh kalau segitu, saya berat melepasnya, Mas Sueb.
Pembeli: Daripada jarang sampean pakai, Mas Gambir mending saya yang rawat, Mas Gambir. Ahaha.
Penjual: Ya sudah Rp 4,5 juta ya, Mas Sueb?
Pembeli: Oke deh, Mas Gambir. Saya bayar via transfer bank ya Mas.
7. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Barang Kolektor
Penjual: Mari-mari masuk Mas Sueb. Selamat datang kembali di Galeri Antik. Kali ini mencari apa nih?
Pembeli: Saya lagi mencari jam dinding lawas nih Mas Kun. Ada nggak?
Penjual: Mas Sueb mencari yang tahun berapa?
Pembeli: Inginnya sih tahun 1960-1970 an. Awal era Orde Baru lah kalau ada mah. Ehehe
Penjual: Oh ada nih satu. Tapi ukurannya tidak begitu besar. Jam ini dibuat tahun 1969. Semuanya masih normal. Kayunya juga kuat. Cuma warnanya aja agak kusam sedikit.
Pembeli: Mau dilepas dengan harga berapa Mas Kun?
Penjual: Karena sampean pelanggan saya, monggo dibawa pulang, maharnya Rp 3,5 juta saja.
Pembeli: Wah kurangi lah harganya, Mas Kun. Rp 2,5 juta saja ya?
Penjual: Ya sudah harga tengahnya saja ya, Rp 3 juta.
Pembeli: Siap deh Mas Kun. Terima kasih ya. Bisa diantar ke rumah kan Mas?
Penjual: Bisa dong. Yang penting rumah Mas Sueb belum pindah. Ahaha
8. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Tanah
Pembeli: Saya dengar, Pak Uha mau menjual tanah yang di lereng bukit sana ya?
Penjual: Betul Mas, luasnya sekitar 2.000 meter persegi? Meski di lereng bukit, tapi konturnya tidak terlalu miring. Cocok untuk pertanian.
Pembeli: Harga satu meternya berapa, Pak Uha?
Penjual: Kemarin saya menawarkan dengan harga Rp 100 ribu/meter persegi. Jadi jika ditotal sekitar Rp 200 juta.
Pembeli: Masih bisa kurang kan, Pak Uha? Saya tawar Rp 150 juta ya Pak?
Penjual: Waduh belum bisa kalau segitu. Soalnya lahan produktif, Mas. Saya juga sayang untuk menjualnya sebenarnya. Cuma lagi ada keinginan lain, yang memaksa saya untuk menjual tanah itu.
Pembeli: Ya sudah Pak Uha, kita ambil tengahnya saja ya, Rp 175 juta. Gimana?
Penjual: Iya deh. Sebentar saya ambilkan surat-suratnya, serta kwitansi sebagai bukti pembayaran.
9. Contoh Teks Negosiasi Jual Beli Online
Pembeli: Selamat malam Mas/Mbak Seken Keren. Mohon maaf DM Instagram malam-malam. Saya penasaran dengan jaket parka warna hitam yang ada di feed. Apa masih ready stock?
Penjual: Selamat malam Mas. Jaket parka yang itu masih ada. Harganya Rp 150 ribu. Bahannya cotton canvas. Bagus.
Pembeli: Promo awal tahun masih ada kah Bang?
Penjual: Wah promo itu sudah tidak ada. Kemarin hanya berlalu 10 hari di awal tahun. Jadi sekarang sudah harga normal.
Pembeli: Wah sayang sekali ya, saya telat.
Penjual: Emang mau dikirim ke mana? Saya kasih bebas ongkos kirim (ongkir) deh gimana?
Pembeli: Surabaya Bang. Wah terima kasih dapat free ongkir dari Seken Keren. Siap, saya transfer sekarang ya Bang untuk pembayarannya.
10. Contoh Teks Negosiasi Warga dengan Investor
Sudah tiga tahun warga Dusun Sejahtera berjuang untuk menyelamatkan sumber mata air yang terletak di desanya. Perjuangan panjang tersebut bermula ketika sebuah perusahaan properti mulai membangun hotel di kawasan sumber mata air tersebut. Sumber air "Panguripan" menjadi tumpuan hidup tidak hanya bagi enam ribu warga Desa Sejahtera, tetapi juga puluhan ribu warga desa di sekitarnya. Sumber air Panguripan menjadi penyedia air bersih untuk dikonsumsi sekaligus memenuhi pengarian sawah bagi puluhan hektar sawah. Bila pembangunan hotel itu diteruskan, sumber air Panguripan akan mati.
Meskipun beberapa kali didemo warga, pihak pengembang tetap bersikukuh melanjutkan pembangunannya.
Akhirnya, Pak Lurah membentuk tim yang akan mewakili warga untuk menuntut pengembangan hotel PT Mulya Jaya, menghentikan pembangunan hotel tersebut. Tim Penyelamat Panguripan diterima Direktur PT Mulya Jaya, Edy, di ruangannya.
Edy: Silahkan duduk Bapak dan Ibu. Selamat pagi, boleh saya tahu Bapak dan Ibu ini berasal dari mana?
Kepala desa: Saya Arifin, Pak. Kepala Desa Sejahtera. Ini Ibu Suci, sekretaris desa, dan satu lagi Pak Rahmat, salah satu tokoh masyarakat yang ditunjukkan oleh warga desa kami.
Edy: Terima kasih atas kedatangan Bapak dan Ibu ke kantor saya. Dengan senang hati, sebagai direktur saya akan mendengarkan aspirasi warga demi kebaikan bersama.
Edy: Begini Bapak dan Ibu. Dalam pertemuan dengan warga desa beberapa waktu lalu, bukankah sudah disepakati bahwa pihak investor akan tetap melanjutkan pembangunan hotel dan berjanji akan tetap menjaga kelestarian sumber air Panguripan. Jadi, ada masalah apa lagi?
Warga I: Bagaimana mungkin kelestarian sumber air dapat dijaga, Pak? Pembangunan hotel tepat di atas mata air tersebut pasti akan mematikan mata airnya. Awalnya, karena pembangunan hotel tersebut akan menuntut ditebangkan pepohonan di sana, maka daerah resapan air akan berkurang. Hal ini mengancam kelestarian mata air kami.
Warga II: Sekali lagi saya tegaskan, Pak. Kami tidak akan pernah menyetujui pembangunan hotel atau apapun di atas sumber mata air, sumber penghidupan kami itu!
Kepala Desa: Sabar dulu, Pak Rahmat. (Sambil memegang Pundak Pak Rahmat). Benar Pak kami belum pernah menyetujui dan tidak akan pernah menyetujui kesepakatan itu, Pak. Bagi kami, sumber mata air Panguripan adalah gantungan kehidupan kami. Tak hanya untuk makan dan minum, sawah kami juga membutuhkan air.
Warga II: Kami selamanya akan terus menolak pembangunan hotel tersebut! Bahkan kami akan bertindak lebih keras bila tuntutan mengeluarkan surat penghentian pembangunan hotel.
Edy: Bapak dan Ibu jangan khawatir. Sebenarnya, Wali Kota sudah mengeluarkan surat perintah penghentian pembangunan hotel.
Warga I: Kalau begitu tunggu apalagi?
Edy: Masalahnya, saya masih mencari lahan pengganti. Bagaimana pun saya tidak mau kehilangan kesempatan bisnis di kota ini.
Kepala Desa: Bila benar demikian, sebagai Kepala Desa, saya akan membantu Bapak menemukan lahan baru yang tidak terlalu jauh dari sumber Panguripan.
Edy: Kalau memang Pak Lurah bisa mengusahakannya, saya akan sangat berterima kasih. Hari ini juga saya akan memerintahkan anak buah saya menghentikan pembangunan hotelnya.
Kepala Desa: Terima kasih atas kerja sama ini.
Edy: Saya juga berterima kasih karena Pak Lurah berhasil menghentikan demo warga. Terima kasih, Pak.
11. Contoh Teks Negosiasi dalam Perniagaan
Herman dan Irfan ditugasi oleh sekolah untuk membeli dua ekor sapi yang akan dipotong pada Hari Raya Idul Adha. Mereka segera mendatangi pedagang sapi dan menawarkan dua ekor sapi. Akhirnya terjadi tawar menawar antara Herman dan Irfan di satu pihak dan pedagang sapi di pihak lain.
Herman: Selamat siang, Pak. Saya Herman, siswa SMAN 2. Kami akan membeli sapi untuk sekolah. Yang belum laku mana ya, Pak?
Pedagang: Yang ini. Harganya Rp 21.500.000. Yang merah itu hanya Rp 19.500.000. Semua sudah termasuk pengiriman dan pemeliharaan selama sebulan.
Herman: Saya sebenarnya senang yang besar itu. Tapi harganya bisa dikurangi ya, Pak?
Pedagang: Bisa. Saya kurangi lima ratus ribu.
Herman: Itu namanya tidak kurang, Pak.
Irfan: Yang merah bisa kurang berapa?
Pedagang: Yang merah tidak bisa kurang. Itu harga khusus untuk Adik.
Herman: Bagaimana kalau yang besar itu dua puluh juta, Pak. Saya kira itu sesuai dengan harga umum.
Pedagang: Belum bisa, Dik.
Irfan: Kalau dua-duanya saya beli, Rp 39.000.000 gimana, Pak?
Pedagang: Begini saja. Kalau kedua-duanya dibeli, saya kasih harga Rp 40.000.000. Bagaimana, Dik?
Herman: Bagaimana Her, setuju tidak?
Herman: Baiklah, Pak. Tolong diantar sehari sebelum Idul Adha. Ini saya titip sepuluh juta sebagai tanda jadi dan akan saya lunasi dari Senin minggu depan. Lalu, bagaimana kalau di kandang ini terjadi sesuatu atas sapi ini?
Pedagang: Itu semua menjadi tanggung jawab saya. Nanti saya ganti dengan yang sama. Ini tanda terima uang mukanya.
12. Contoh Teks Negosiasi dalam Kegiatan
Pagi saat istirahat, beberapa siswa pengurus OSIS menemui Pak Yanto, wakil kepala sekolah urusan kemahasiswaan. Mereka menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan pentas seni dalam rangka tutup tahun perpisahan dengan kakak kelas XII.
Yudi (Ketua OSIS): Maaf, Pak, berkaitan dengan rencana kegiatan tutup tahun kami merencanakan akhir bulan Mei.
Pak Yanto: Baiklah. Apa alasanmu memilih bulan Mei?
Nina (Sekretaris OSIS): Sebelum ulangan akhir semester kalau bisa sudah dilaksanakan karena masih ada kegiatan di masing-masing seksi, Pak.
Pak Yanto: Begini, kemungkinan penilaian akhir semester akan maju karena bulan Juni sudah memasuki bulan Ramadan. Sementara itu, masih banyak kakak kelas XII yang harus mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi. Oleh karena itu, sebaiknya kegiatan ini dilaksanakan setelah penilaian akhir semester dan sebelum penyerahan rapor kalian. Dengan begitu, tidak mengganggu belajar kalian dan kakak kelasmu sudah tes seleksi masuk perguruan tinggi. (Ujar tegas Pak Yanto)
(Beberapa anak OSIS terlihat masih ragu)
Dodi (Seksi Acara): Lalu bagaimana dengan acaranya, Pak? Sebagian teman mengharapkan mengundang grup band dari luar, Pak. Apakah diizinkan?
Pak Yanto: Kegiatan ini menggunakan prinsip dari, oleh, dan untuk warga sekolah. Oleh karena itu, potensi dalam sekolah dimaksimalkan. Grup band dari luar saya setuju dengan syarat cukup satu saja dan dijadikan bintang tamu. Penampilan juga harus dijaga sebab kita juga mengundang Kepala Sekolah, Guru, dan Komite Sekolah.
Yudi: Baik Pak. Kami setuju dengan itu.
Pak Yanto: Ya, sekarang segera siapkan proposal kegiatan untuk rapat dengan Bapak/Ibu Pembina OSIS.
13. Contoh Teks Negosiasi Persengketaan
Pak Rahman membeli tanah Pak Harjo. Harga tanah seluas seperti yang tercantum di dalam sertifikat sudah disepakati oleh keduanya. Namun demikian, setelah diukur ulang oleh Pak Rahman, luas tanahnya tidak sama dengan yang tertulis di sertifikat. Luas tanah sesuai dengan batas yang ada lebih sempit. Pak Rahman menganggap batasnya tidak benar. Kebetulan tanah itu bersebelahan dengan tanah milik Pak Narto. Pak Rahman menyampaikan hal ini kepada Kepala Dukuh. Akhirnya, Pak Rahman dan Pak Narto bertemu di rumah Pak Dukuh.
Pak Dukuh: Saya minta maaf telah mengganggu kesibukan Bapak. Begini Pak Narto, Pak Rahman ini telah membeli tanah di sebelah Bapak, tapi luasnya tidak sama dengan yang tertulis di sertifikat. Ternyata lebih sempit. Bagaimana sebenarnya, Pak?
Pak Narto: Setahu saya, sejak dahulu ya, seperti itu keadaanya. Batas sudah ada semua sejak dulu, saya tidak mengubah posisinya.
Pak Rahman: Tapi, saya telah dirugikan karena yang saya beli seperti yang tertulis di sertifikat, Pak.
Pak Narto: Mestinya, sebelum Pak Rahman membayar semuanya, sepakati dulu dengan pemiliknya sehingga tidak bermasalah dengan saya.
Pak Rahman: Selisihnya cukup banyak. Nominalnya mencapai 25 juta rupiah.
Pak Dukuh: Begini saja. Saya tidak berhak memutuskan. Saya hanya menyarankan. Kita undang petugas Dinas Pertanahan Kabupaten untuk mengecek kebenaran data itu.
Pak Narto: Tapi, saya merasa benar-benar tidak mengubah batas. Ya, apa adanya sesuai sertifikat milik saya ini.
Pak Dukuh: Begini Pak Narto. Ini untuk mengecek kebenaran batasnya. Barangkali ada hal-hal yang tidak benar. Bagaimana Pak Narto, Pak Rahman?
(Akhirnya keduanya menyetujui dan mengundang petugas dari Dinas Pertanahan Kabupaten)
Petugas Dinas Pertanahan: Hasil pengecekan dan pengukuran ternyata luas tanah Pak Rahman yang baru dibeli ini memang tidak sama dengan yang tertulis di sertifikat tanah. Sementara milik Pak Narto hanya lebih beberapa sentimeter. Memang tidak sama dengan kurangnya milik Pak Rahman. Bagaimana kalau yang beberapa sentimeter itu untuk Pak Rahman?
Pak Narto: Kalau saya setuju saja, Pak.
14. Contoh Teks Negosiasi Pinjaman Modal di Bank-Toko Roti
Seorang pengusaha sedang melakukan negosiasi dengan pegawai bank terkait proposal peminjaman modal. Jenis negosiasi ini sering dilakukan oleh banyak peminjam modal kepada bank.
Pengusaha: Selamat pagi, Pak. Di sini saya hendak membicarakan terkait peminjaman modal yang ingin saya ajukan.
Pegawai Bank: Selamat pagi juga, Pak. Kami juga telah membaca proposal peminjaman modal yang anda ajukan. Menurut kami, usaha toko roti yang akan bapak buat ini cukup menarik.
Pengusaha: Iya Pak. Saya hendak beralih profesi dari karyawan kantor menjadi pengusaha roti.
Pegawai Bank: Telah dijelaskan beserta rinciannya pada proposal bapak bahwa dana yang dibutuhkan bapak sebesar Rp 80 juta. Berdasarkan pengalaman perusahaan kami, atas pengajuan modal serupa oleh pengusaha lain, sebenarnya modalnya cukup Rp 70 juta saja. Sedangkan pengembalian angsuran, sebesar Rp 4 juta per bulan termasuk bunganya. Bagaimana Bapak?
Pengusaha: Apa tidak bisa dinaikkan lagi nominal peminjamannya, Pak. Saya merasa Rp 70 juta masih kurang untuk melengkapi usaha roti saya.
Pegawai Bank: Bagaimana jika Rp 75 juta, Pak? Itu nominal maksimal untuk pengajuan seperti ini dengan jaminan sertifikat tanah yang akan dibangun toko roti tersebut.
Pengusaha: Baik Pak, saya rasa itu nominal yang cukup.
Pegawai Bank: Baik jika begitu, Pak. Silakan baca berkasnya secara teliti, dan tanda tangan jika setuju.
Pengusaha: (setelah menandatangani) Baik Pak, saya setuju. Saya sangat berterima kasih.
Pegawai Bank: Sama-sama Pak.
15. Contoh Teks Negosiasi dalam Bisnis
Pegawai bank: Selamat pagi Pak, silakan duduk, ada yang bisa kami bantu?
Nasabah: Selamat pagi Bu. Ya, terima kasih. Begini Bu, saya ingin mengajukan proposal peminjaman uang untuk usaha ikan lele saya.
Pegawai bank: Maaf, bisa saya lihat proposalnya?
Nasabah: Ini Bu, silakan.
Pegawai bank: Sebenarnya, proposal Bapak ini sangat bagus, tidak masalah. Cuma kami pihak bank tidak bisa memenuhi permintaan dana sebesar Rp 500 juta.
Nasabah: Jadi, kira-kira pihak bank mampu memberikan berapa Bu?
Pegawai bank: Setelah saya hitung, kami hanya menyanggupi sampai Rp 300 juta Pak, dengan bunga 4%.
Nasabah: Tidak bisa ditambah lagi Bu? Usaha ini sebenarnya sangat sukses, pesanan ikan lele ke kami dari seluruh Indonesia. Dana ini rencananya akan kami gunakan untuk menambah kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan ikan lele tersebut.
Pegawai bank: Tunggu dulu Pak, saya hitung ulang. Yah, sepertinya kami sanggup memberikan 350 juta.
Nasabah: Wah, apakah tidak bisa dinaikkan lagi Bu? Bagaimana kalau 400 juta?
Pegawai bank: Maaf Pak, hanya segitu yang bisa kami sanggupi.
Nasabah: Iya deh Bu, tidak apa-apa, saya setuju.
(sun/iwd)