Kawasan pedestrian Kayutangan atau bekas pertokoan zaman kolonial, Kota Malang ternyata menyimpan beragam kisah menarik. Salah satunya adalah kisah seorang pria yang menanti kekasih hingga akhir hayat.
Pria tersebut diketahui bernama Arifin atau biasa dipanggil dengan sebutan Mbah Gombloh. Semasa hidupnya, Mbah Arifin selalu duduk diam tanpa banyak bicara di depan emperan toko Surabaya yang ada di kawasan Kayutangan Heritage.
Pemerhati Sejarah dan Budaya Kota Malang, Agung Buana mengatakan bahwa dari informasi yang dihimpun, lokasi yang selalu ditempati Mbah Arifin adalah tempatnya membuat janji untuk bertemu dengan kekasihnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Informasinya dia sedang menunggu entah pacar atau istrinya yang pada peristiwa 1965 berjanji akan bertemu dengan Mbah gombloh di lokasi yang sama," ujar Agung saat dihubungi awak media, Minggu (8/1/2023).
Penantian tersebut sudah dilakukan Mbah Arifin selama puluhan tahun. Tepatnya sejak sekitar tahun 1970-an hingga Mbah Arifin meninggal pada 8 April 2017.
"Namun, hingga beliau menutup usia kekasihnya tak kunjung datang. Kalau informasi yang beredar perempuan itu gak datang karena ditahan, ada yang bilang pergi keluar negeri hingga ada kabar dibunuh," kata Agung.
Meski begitu, terdapat cerita versi lain yang mengisahkan Mbah Arifin merupakan seorang pengusaha kaya yang suka bermain judi. Suatu ketika dia mengalami kekalahan saat bermain judi hingga membuatnya kehilangan harta.
"Untuk menghabiskan waktunya, dia mengasingkan diri ke Malang. Karena tidak punya aktivitas apa apa, dia sempat menjadi tukang parkir di toko Surabaya," terangnya.
Setiap hari Mbah Arifin selalu dijemput sebuah mobil dan tiap harinya ada mobil mewah yang datang menghampirinya untuk memberikan makanan atau snack. Dari informasi yang beredar, disinyalir itu adalah anaknya.
"Informasinya, Mbah gombloh merasa malu karena kalah judi dan tidak mau merepotkan anaknya. Sehingga dia menjadi tukang parkir dan jualan kupon undian. Tapi dia kalah lagi dan sengsara karena kalah judi," tuturnya.
Menurut Agung, meski ada dua versi cerita, selama ini kisah paling banyak dipercayai oleh masyarakat adalah kisah romansa Mbah Arifin yang menanti untuk bertemu kembali dengan kekasihnya di sudut kawasan Kayutangan.
"Cerita yang paling kuat ya romantika kesetiaannya menanti kekasih hingga akhir hayat. Dia tidak bertemu sampai dia meninggal. Titik perpisahannya ya di depan toko Surabaya itu," ucap dia.
Kisah romansa Mbah Arifin juga menginspirasi sejumlah orang hingga membuatkan sebuah mural sosok Mbah Gombloh di lokasi tempatnya menunggu. Beberapa tulisan yang terinspirasi dari kisah romansa tersebut, juga ditulis dilokasi yang menjadi saksi bisu kisah dari Mbah Arifin.
Ikuti berita menarik lainnya di Google News
(dpe/iwd)