Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya berniat memasang bendera hitam di sekolah yang dinilai kotor. Namun, wacana tersebut masih akan dipertimbangkan secara matang.
"Masih wacana. Jadi, memang ke depan kami cari formulasi yang bagus karena khawatir kalau misalnya diterapkan kontra produktif. Khawatir seperti itu," kata Kepala DLH Surabaya Agus Hebi Djuniantoro, Senin (2/1/2023).
Hebi menegaskan bahwa wacana itu belum tentu akan diterapkan. Namun pihaknya memiliki cara lain untuk mengajak sekolah memperbaiki dan menjaga kebersihan lingkungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya akan berkoordinasi dan bekerja sama dengan Dispendik Surabaya, tunas hijau, nol sampah, dan lainnya. Sebab dari 300 lebih sekolah SD dan SMP sudah bersih, namun ada beberapa yang masih kotor.
"Sudah bagus, tetapi ada satu dua yang ndableg, ya. Mungkin karena pembinaannya kurang atau mungkin kami kurang care dengan mereka atau mereka belum mengerti. Bisa jadi kayak gitu," jelasnya.
Ia menyebut sekolah yang kotor juga mengetahui. Tetapi belum tentu malas membersihkan.
"Mungkin bisa jadi nggak ngerti kalau misalnya seperti itu nggak bagus," ujarnya.
Hebi juga menjelaskan bahwa munculnya wacana bendera hitam di sekolah kotor itu setelah Surabaya mendapatkan adiwiyata, program pendidikan lingkungan hidup, dan sebagainya. Ternyata ada sekolah yang menurun kualitasnya dan perlu adanya pembinaan selanjutnya.
"Jadi kalau enggak ada pembinaan selanjutnya itu akan terjadi (kotor) setelah menang dan sebagainya. Mereka lupa bahwa pernah dapat (adiwiyata). Bisa jadi juga pengurusnya ganti, kepala sekolahnya ganti, muridnya ganti, dan sebagainya. Itu juga bisa jadi penyebab," tukasnya.
(dpe/dte)