Akademisi pakar air ITB menyebut bahwa Surabaya termasuk satu di antara kota dengan kualitas air yang buruk karena tercemar tinja. Masalahnya pada septic tank atau pembuangan tinja yang tidak diatur dengan benar.
Direktur Utama PDAM Surya Sembada Surabaya Arief Wisnu Cahyono mengakui hal itu. Menurutnya penurunan air baku yang dipakai PDAM dari Kali Surabaya memang sangat luar biasa akibat cemaran limbah domestik.
"Kalau air baku betul. Karena kami punya data kualitas air baku dari Karangpilang menuju Ngagel penurunannya sangat luar biasa. Artinya dari Karangpilang ke Ngagel mungkin tidak sampai 5 Km, tapi di situ banyak pembuangan limbah domestik, limbah rumah tangga, yang semuanya bermuara di Kali Surabaya," ujarnya kepada detikJatim, Jumat (23/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Arief menjelaskan, sejak dari hulu Kali Surabaya pencemaran sudah terjadi. Salah satunya berasal dari pembuangan industri. Namun menurutnya, yang paling banyak mempengaruhi penurunan kualitas air sungai yang menjadi air baku PDAM adalah limbah domestik.
Perlu diketahui, air yang ada di Kali atau Sungai Surabaya merupakan muara dari Sungai Brantas merupakan sumber air baku untuk pengolahan air PDAM di fasilitas yang berada di Ngagel. Arief pun mengakui bahwa fakta tentang kualitas buruk air baku di Surabaya itu menjadi beban berat bagi PDAM.
Demikian halnya dengan cemaran tinja seperti yang dipaparkan oleh Pakar Air ITB. Arief menjelaskan masih ada warga di Surabaya yang rumahnya tidak memiliki septic tank. Padahal seharusnya tinja dibuang ke septic tank sehingga bakteri e-coli terurai dan tidak sampai mengontaminasi lingkungannya.
"Jadi tinja kita (di Surabaya) tidak betul-betul septic (tidak semua ada septic tank). Harusnya tinja itu septic tanknya tidak mengkontaminasi lingkungannya. Inilah makanya sekarang pemerintah kota mengembangkan jamban sehat. Ada rumah yang diberikan bantuan jamban sehat. Itu harus benar-benar dipastikan jamban itu (ada) septic tank. Sehingga resapannya tidak mencemari lingkungan," ujarnya.
Tidak hanya seluruh rumah di Surabaya sudah harus memiliki septic tank, Arief mengatakan bahwa idealnya limbah domestik di seluruh perkotaan diolah kembali dalam sistem pengolahan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Atau setidaknya pengolahan limbah bisa dilakukan secara komunal.
"Idealnya seluruh limbah domestik di perkotaan itu dialirkan ke pengolahan shelter pusat, atau minimal pengolahan limbah komunal. Sehingga cemaran dari rumah tangga tidak bermuara ke sungai karena akan mencemari air baku," katanya.
Secara blak-blakan Arief menyatakan bahwa pencemaran air baku PDAM Surya Sembada sudah cukup parah mencapai 1.100 persen air di Surabaya telah tercemar tinja. Meski demikian, ia menegaskan bahwa PDAM Surya Sembada sudah melakukan penanganan dengan zat kimia yang mampu membunuh cemaran tinja sehingga menjadi air bersih saat diterima masyarakat.
"Cukup tinggi, kalau perbandingan. Contohnya di Karangpilang ke Ngagel itu (pencemaran) bisa naik 11 kali lipat atau 1.100 persen. Itu sudah jauh melampaui meskipun kami bisa mengatasi. Karena kami menggunakan bahan kimia untuk membunuh atau mereduksi cemaran tinja. Tapi kami berharap ke depan beban ini juga semakin berkurang, dan dari segi biaya pun juga akan berkurang," jelasnya.
Ia kembali meyakinkan bahwa PDAM Surya Sembada telah melakukan pengelolaan air baku dengan kualitas yang ada melalui proses disinfeksi. Sehingga cemaran dari tinja yang dikhawatirkan seperti bakter e-coli dan sebagainya bisa dipastikan telah mati dengan bahan kimia dan disinfeksi.
Untuk lebih meyakinkan masyarakat dirinya menyatakan bahwa masyarakat bisa melakukan uji air sendiri. Jika pun ada yang kotor dan terkontaminasi menurutnya kotoran itu berasal dari dalam pipa yang terakumulasi sejak puluhan tahun yang lalu.
"Kalau kami air bakunya tidak dari sumur, jadi relatif semuanya terkonsentrasi air baku dari sungai. Kalau masyarakat masih memakai air sumur, nah ini yang harus dipastikan. Tapi di Surabaya sudah sangat sedikit masyarakat yang menggunakan sumur untuk kebutuhan sehari-hari. Yang kami olah dari sungai tercemar sudah kami antisipasi," ujarnya.
(dpe/fat)