Tak hanya karena tak bisa memasukkan sepeda motor, Keluarga Haryono yang akses jalannya ditembok oleh keluarga Riyanto di Desa Beji, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung juga mengeluhkan hal lainnya. Masih terkait dengan berdirinya tembok di atas jalan di gang tersebut, mereka mengeluhkan soal rombong soto.
Keluarga Haryono yang sehari-hari ekonominya ditopang dari usaha berjualan soto itu tak bisa memasukkan rombong (gerobak) sotonya. Meski Riyanto sudah membuka sedikit akses, namun celah di tembok itu masih terlalu kecil.
Celah di tembok yang dibangun Riyanto itu hanya setinggi 120 cm dengan lebar 60 cm. Celah kecil itu hanya bisa diakses 1 orang secara bergantian sehingga tidak mungkin memasukkan sepeda motor melalui celah itu, apalagi rombong soto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Widiastuti, putri Haryono mengaku tembok pembatas itu berdampak besar pada akses keluarganya. Terutama pada aktivitas ekonomi yang sedang ia jalankan.
"Saya kan jualan soto, dengan akses seperti itu rombong saya nggak bisa masuk. Biasanya rombongnya keluar masuk ya lewat sini, kan jadi merepotkan tetangga karena rombong harus saya titipkan ke tetangga," kata Widiastuti, Rabu (21/12).
Sementara, Haryono sendiri selaku kepala keluarga korban penembokan mengaku konflik tanah yang menjadi akses jalan dengan keluarga Riyanto memang sudah lama terjadi. Sebelumnya kedua keluarga bahkan pernah menandatangani surat kesepakatan terkait penggunaan akses jalan itu.
Haryono juga menceritakan riwayat jalan itu sejak puluhan tahun silam. Keluarganya dan warga setempat memang memanfaatkan jalan yang kini diblokir oleh Riyanto sebagai akses jalan.
"Usia saya sudah 80 tahun, sejak dulu lewatnya, ya, jalan ini," katanya.
Soal hasil mediasi yang menyepakati pembongkaran tembok, Haryono mengaku memasrahkannya kepada pihak keluarga Riyanto dan pemerintah desa selaku mediator.
Kepala Desa Beji Khoirudin mengatakan hingga saat ini tembok pembatas yang dibangun keluarga Riyanto masih berdiri kokoh. Lubang 60 cm x 120 cm sebagai akses keluar masuk keluarga Haryono itu berada di sisi selatan tembok.
"Kondisi saat ini masih sama dengan kemarin. Kami menunggu langkah Pak Riyanto untuk membongkar tembok itu. Kemarin Pak Riyanto minta waktu satu minggu," kata Khoirudin.
Menurutnya, meskipun belum dibongkar total, pihaknya memastikan keluarga Haryono saat ini bisa keluar masuk melalui pintu darurat. Meski demikian pihaknya mengakui akses itu memang masih terbatas dan hanya bisa diakses satu orang secara bergantian.
Kades berharap konflik antartetangga yang berujung penembokan itu bisa segera terselesaikan secara kekeluargaan. Pihaknya berharap masyarakat dapat hidup secara rukun dengan tetangga maupun keluarga.
Sebelumnya, keluarga Riyanto memblokir akses menuju rumah keluarga Haryono dengan membangun tembok di lahan miliknya. Saat terjadi penembokan, 4 anggota keluarga Haryono sempat terisolasi selama lebih dari 10 jam.
Pemblokiran akses merupakan puncak kekesalan keluarga Riyanto terhadap keluarga Haryono yang disebut sering mengeklaim akses jalan sebagai tanah miliknya dan telah bersertifikat. Tak hanya itu pemblokiran juga dipicu caci maki 'dianjing-anjingkan' yang membuat Riyanto sakit hati.
(dpe/dte)