Mengulas Sejarah Agresi Militer II di Hari Bela Negara

Mengulas Sejarah Agresi Militer II di Hari Bela Negara

Rina Fuji Astuti - detikJatim
Senin, 19 Des 2022 11:27 WIB
Beautiful young mother with her daughter celebrating indonesia independence day by raising flag under the sunset sky
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/ferlistockphoto
Surabaya -

Hari Bela Negara diperingati setiap 19 Desember. Peringatan ini bertujuan untuk mengenang perjuangan dan pengorbanan para pahlawan.

Mengutip situs resmi Kominfo, bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itu dilakukan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Sejarah Hari Bela Negara

Mengutip situs resmi Kementerian Pertahanan, Hari Bela Negara merujuk pada peristiwa Agresi Militer Belanda Jilid II di tahun 1948, dan terbentuknya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Saat itu Belanda belum mengakui kemerdekaan yang diproklamasikan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Agresi Militer II, Belanda dibantu Inggris dan sekutunya. Agresi militer tersebut bertujuan untuk mengambil alih kendali dan kekuasaan atas wilayah Indonesia.

Hingga pada 19 Desember 1948, Belanda dan pasukan Sekutu mengambil alih Yogyakarta yang pada masa itu merupakan ibu kota negara. Selain sebagai ibu kota, Yogyakarta juga merupakan pusat pemerintahan Indonesia.

ADVERTISEMENT

Tertangkapnya Presiden dan Wakil Presiden

Pada masa itu, orang-orang penting pribumi ditangkap Belanda. Tak hanya presiden dan wakilnya, Belanda juga menangkap menteri dalam kabinet pemerintahan yang menjabat.

Namun sebelum Belanda menyerang Yogyakarta, Sukarno dan Hatta telah menggelar sidang kabinet dalam situasi genting. Sidang tersebut menghasilkan dua keputusan.

Pertama, Soekarno dan Hatta akan tetap berada di Yogyakarta sekalipun terdapat risiko penangkapan oleh Belanda. Kedua, Sukarno memberikan mandat kepada Menteri Kemakmuran Sjarifuddin Prawiranegara di Sumatra untuk dapat membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Sehingga setelah Soekarno dan Hatta tertangkap, Sjarifuddin mengumpulkan tokoh-tokoh nasional serta jajaran kabinet yang tersisa, untuk mendirikan PDRI di Bukittinggi, Sumatra Barat.

Usai kejadian tersebut, rakyat di berbagai daerah bangkit untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda dan sekutunya. Rakyat bersatu dan melakukan pertempuran demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pertempuran di berbagai kota itu, berujung pada jatuhnya banyak korban jiwa. Mereka yang berjuang pada saat itu kemudian dikenal sebagai Pahlawan Kusuma Bangsa.

Cara Memaknai Hari Bela Negara

Sederet peristiwa sejarah kemerdekaan tak lepas dari peran pahlawan. Mereka tulus dengan penuh tekad membela negara hingga meraih kemerdekaan.

Sebagai warga negara yang menghargai jasa pahlawan, ada beberapa cara memaknai Hari Bela Negara. Berikut ini beberapa cara di antaranya:

  • Rela berkorban demi bangsa dan negara
  • Mencintai Tanah Air sepenuh hati dengan meraih prestasi yang membanggakan
  • Melawan kejahatan dan ancaman yang berpotensi mengacaukan bangsa



(sun/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads