Angka Kelahiran Kurang, RI Berpotensi 'Resesi Seks'

Kabar Kesehatan

Angka Kelahiran Kurang, RI Berpotensi 'Resesi Seks'

Suci Risanti Rahmadania - detikJatim
Minggu, 11 Des 2022 23:13 WIB
Ilustrasi doa kelahiran anak dalam Islam
Foto: Getty Images/iStockphoto/Amorn Suriyan
Surabaya - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, menyebut Indonesia kemungkinan mengalaminya 'resesi seks'. Ini karena sejumlah kota/kabupaten di Indonesia ada yang mencatat zero growth atau nihil kelahiran baru.

Gaya hidup disebut menjadi penyebab terjadinya peristiwa tersebut. Hal ini juga dialami sejumlah negara Asia seperti Korea Selatan, Singapura, hingga Jepang.

Adapun salah satu daerah yang disinggung adalah DI Yogyakarta. DIY secara keseluruhan memiliki angka kelahiran rata-rata 2,2 bahkan di beberapa kabupaten/kota 1,9. Artinya, kebanyakan perempuan melahirkan kurang dari dua anak.

"Kalau kurang dari dua belum tentu melahirkan perempuan, karena potensinya 50:50, melahirkan laki-laki perbandingannya setengah, jadi kalau semua orang didorong anaknya segitu belum tentu punya perempuan," kata dr Hasto seperti dikutip dari detikHealth, Minggu (11/12/2022).

Idealnya, untuk mencapai pertumbuhan penduduk yang sesuai diperlukan minimal satu perempuan melahirkan satu anak perempuan. Sebab, jika kemudian semakin sedikit perempuan yang melahirkan, minus growth secara nasional tidak mungkin terjadi.

Sebagaimana diketahui, resesi seks ditandai dengan penurunan angka kelahiran lantaran warga tak ingin melakukan hubungan seks, menikah atau memiliki anak.

Potensi terjadinya 'resesi seks' di Indonesia masih relatif panjang sehingga dapat diantisipasi lebih dini. Meskipun ada kemunduran usia pernikahan, masih banyak di antara suami istri yang fokus pada prokreasi atau menikah dengan tujuan memiliki anak.

"Sebetulnya kalau Indonesia nggak gitu-gitu amat, Indonesia seks itu lebih banyak ke prokreasi, prokreasi itu mengcreate untuk memproduksi, mendapatkan bayi, makanya kalau Anda menikah, Anda dikejar pertanyaan kapan hamilnya, kapan hamilnya. Kalau Idul Fitri sudah hamil belum? Jadi arahnya itu pro kreasi,'' jelas dr Hasto.

"Coba kalau Anda di Jepang, nggak ada orang nanya gitu, kalau bapak ibunya lebih ke yaudah, yang penting be happy lah anaknya," sambungnya.

Hasto juga menyebut Indonesia mempunyai program fertilitas melalui BKKBN yang membantu dan memberikan layanan untuk program kehamilan banyak orang. Ia mengungkap zero growth atau nihil kelahiran baru dilaporkan sejumlah wilayah seperti Jawa Timur hingga Jawa Tengah. Namun angka fertilitas di beberapa wilayah bisa menutupi ketinggalan tersebut.

''Iya harapan saya kabupaten sebelahnya masih 2,1 gitu, jadi kalau di Indonesia kan masih banyak itu cadangan provinsi dengan fertilitas tinggi, NTT itu 2,9, Aceh itu 2,7, Sumatera Barat 2,7, Sumatera Utara 2,5 lebih, jadi kita punya kantong-kantong bayi,'' pungkas dia.


(abq/iwd)


Hide Ads