.webp)
Fenomena gangster tengah menghantui warga Surabaya. Tak terkecuali para pemilik dan penjaga warung kopi (Warkop) di Kota Pahlawan yang biasa buka hingga pagi.
Dian Pangestu, pemilik warkop di Jalan Gayung Kebonsari mengaku was-was dengan gangster yang semakin merajalela. Kekhawatiran Dian beralasan, karena ulah para gangster kerap merusak dan menjarah bahkan melukai orang yang ditemui pada malam hari.
"Ya was-was, takut. Karena kita kan cari nafkah, cari pelanggan, dan nggak ada pelanggaran apa pun. Nah kalau tiba-tiba ada gangster anak-anak ke sini, ya sama aja cari perkara, kasihan juga pelanggan saya dan keluarganya (Kalau jadi korban)," kata Dian kepada detikJatim, Sabtu (3/12/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria berusia 40 tahun itu menyebut bahwa usahanya baru saja bisa bernafas lega karena COVID-19 telah landai. Namun jika sekarang was-was dengan gangster, bisa-bisa usahanya terpuruk lagi.
"Baru selesai COVID-19, sekarang ada lagi cobaannya, kapan ekonomi membaik lagi," ujarnya.
Senada, pemilik warkop di Jalan Simohilir Surabaya, Supriyatin juga risau dengan keberadaan gangster di Kota Pahlawan. Meski belakangan ini, belum berdampak langsung ke warkopnya, baik keamanan mau pun pemasukan.
"Kalau umpama rusak, siapa yang mengganti. Mereka tidak akan tanggung jawab, kecuali ketangkap. Tapi ya nggak mungkin juga," jelasnya.
Belum lagi, tambah dia, ada yang mengalami luka baik dari pegawai atau pemilik warkop, gara-gara mereka membawa sajam.
"Terus biaya minta siapa, kalau bukan kita sendiri yang mengeluarkan uang. Pokoknya harus diberangus, jangan kasih ampun. Meresahkan sekali," tegasnya.
(abq/fat)
