Sejumlah satwa di Indonesia mengalami kepunahan. Salah satunya elang jawa, yang menjadi maskot satwa langka Indonesia.
Dalam situs resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dijelaskan, elang jawa termasuk spesies yang terancam punah. Elang jawa berstatus dilindungi berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Ciri-ciri Elang Jawa
Elang jawa (Nisaetus bartelsi) merupakan salah satu spesies prioritas di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Elang ini pemakan reptil, burung kecil dan unggas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala elang jawa berjambul, berwarna cokelat kemerahan dan cokelat kekuningan serta hitam. Ukurannya sekitar 60-70 cm.
Elang jawa biasa hidup di hutan tropis primer. Unggas ini terlihat gagah dan tajam dari sorot matanya.
Elang jawa memiliki sayap dengan lebar 110-130 cm. Perbedaan elang Jawa dengan elang pada umumnya yang paling mencolok yaitu warnanya.
Burung ini memiliki warna cenderung cokelat. Biasanya, elang ini mengeluarkan bunyi nyaring dan bernada tinggi.
Sekilas, elang jawa serupa dengan elang botok. Mulai dari cara mengeluarkan suara hingga mengepakkan sayap ketika terbang.
Fakta Unik
Elang jawa merupakan endemik Pulau Jawa. Sejak 1950, elang jawa menjadi simbolisasi lambang Negara Republik Indonesia (Burung Garuda). Itu tertuang dalam Keppres Nomor 4 Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional.
Populasi
Jumlah satwa yang terancam punah di Indonesia kian bertambah. Berdasarkan laporan International Union for Conservation of Nature (IUCN), ada 1.217 spesies hewan yang terancam punah di Indonesia hingga 4 Oktober 2022. Salah satu satwa itu adalah elang Jawa.
Dulu, elang jawa sering ditemukan di hutan dan lereng pegunungan Pulau Jawa. Namun sekarang populasinya semakin berkurang.
Baca juga: Arti Lambang Pancasila yang Penuh Makna |
Elang jawa di TNGGP tersebar hampir di seluruh wilayah Resort PTN. Estimasi hasil monitoring elang jawa yakni ada 43 individu (2015), 49 individu (2016), 44 individu (2017), 33 individu (2018), dan 38 individu (2019).
Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menjelaskan, populasi elang jawa di TNGGP naik turun. Itu diduga karena ada variasi pola musim dan iklim setiap tahunnya.
Habitat Elang Jawa
Secara umum, kawasan TNGGP sangat mendukung kehidupan elang jawa di habitat aslinya. Itu bisa terlihat dari populasi yang cenderung stabil (meskipun sedikit berfluktuasi) dari tahun ke tahun.
Lebih-lebih dengan terus dilakukannya upaya restorasi kawasan yang terdegradasi. Eks hutan produksi yang alih fungsi menjadi kawasan konservasi.
Ekosistem di kawasan ini diharapkan semakin mendukung kehidupan jenis-jenis satwa langka. Termasuk elang Jawa.
Upaya Pelestarian Elang Jawa
Untuk meningkatkan populasi dan mengubah status dari 'satwa langka' menjadi 'satwa umum', perlu pengelolaan yang lebih baik. Sehingga populasinya bisa ditingkatkan.
Pada kegiatan monitoring 2019 di TNGGP, telah terjadi penambahan individu. Selain itu, ada pula proses perkembangbiakan melalui proses perkawinan di bulan-bulan tertentu.
(sun/iwd)