Jumlah Stunting Anak di Surabaya Turun Hingga 11 Ribu

Jumlah Stunting Anak di Surabaya Turun Hingga 11 Ribu

Esti Widiyana - detikJatim
Senin, 28 Nov 2022 19:54 WIB
Babys foot With the hands of older adults
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Aree Thaisagul
Surabaya - Kasus stunting pada anak di Surabaya selama 2 tahun ini turun drastis. Dari data tahun 2020 hingga Oktober 2022, kasus stunting turun hingga 11 ribu.

Stunting di Kota Pahlawan pada tahun 2020 ada 12.788 kasus, tahun 2021 turun menjadi 6.722 balita. Kemudian per Oktober 2022 jumlah balita stunting terus turun menjadi 1.055 balita.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Surabaya, Tomi Ardiyanto mengatakan, penurunan kasus balita stunting ini dari 8 aksi konvergensi.

Secara rutin, pemkot melakukan rembuk stunting di kecamatan, kelurahan, puskesmas, PKK, tiga pilar dan peran serta tokoh masyarakat.

"Dengan konvergensi tersebut, sehingga tersusun pemecahan masalah yang ditemukan dengan intervensi sensitif mencapai 70 persen dan spesifik 30 persen, sesuai masing-masing wilayah di kelurahan dan kecamatan," kata Tomi kepada wartawan, Senin (28/11/2022).

Selain itu, ada juga salah satu cara mencegah dengan sosialisasi manfaat Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri. TTD dilakukan rutin sepekan sekali kepada remaja putri di sekolah dan bisa diambil di puskesmas seluruh Surabaya.

"Sosialisasi TTD itu dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) melalui puskesmas di masing-masing wilayah, kepada remaja putri. Selain itu ada juga giat Krida Gizi yang dilakukan oleh Saka Bakti Husada. Ada pula Pemeriksaan Kesehatan pada Anak Usia Sekolah," ujarnya.

Pihaknya juga melakukan sosialisasi kepada calon pengantin (catin) melalui program pendampingan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Nantinya catin akan pelayanan gizi dan kesehatan hingga konseling.

Pemkot juga menggandeng Tim Pendamping Keluarga (TPK) untuk melakukan penyuluhan dan pemantauan kesehatan kepada sasaran yang berisiko stunting. Selain pendampingan bagi pasangan catin, juga ada pendampingan untuk ibu dan balita.

Di dalam kegiatan tersebut, para ibu yang baru memiliki anak usia balita akan diberikan penyuluhan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Selain itu, juga ada pemberian pangan olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK) yang diresepkan oleh Dokter Spesialis Anak kepada balita malnutrisi atau dengan penyakit tertentu.

"Ada pula pemberian Taburan Ceria (Taburia) multivitamin dan mineral untuk balita, memberikan menu sehat pada ibu balita serta mempraktikkan demo memasak makanan sehat. Pak Wali Kota juga ada program pemberian permakanan stunting, Kampung ASI, Jago Ceting yang digerakkan bersama PKK dan lintas sektor, imunisasi, aksi konvergensi penanganan stunting dan masih banyak lainnya," jelasnya.

Tomi menambahkan, dalam menangani stunting juga dibantu oleh Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Surabaya, Rini Indriyani. Kontribusinya seperti memberikan edukasi dan motivasi berupa capacity building bagi 6.642 TPK se-Surabaya.

"Beliau juga memberikan edukasi dan memberikan susu, mikronutrien, paket sembako bagi para Ibu hamil resti (resiko tinggi) stunting di setiap kelurahan. Selain itu juga melakukan memimpin program Surabaya Emas (Eliminasi Masalah Stunting)," pungkasnya.




(esw/fat)


Hide Ads