Perjuangan Warga Bojonegoro Makamkan Jenazah di Tengah Banjir Sungai Pacal

Perjuangan Warga Bojonegoro Makamkan Jenazah di Tengah Banjir Sungai Pacal

Denza Perdana - detikJatim
Minggu, 27 Nov 2022 08:03 WIB
Pemakaman di tengah banjir luapan Sungai Pacal Bojonegoro
Warga Bojonegoro mengantar jenazah ke pemakaman di tengah banjir luapan Sungai Pacal. (Foto: Ainur Rofiq/detikJatim)
Bojonegoro -

Banjir luapan Sungai Pacal Bojonegoro membuat banyak warga terimbas. Salah satunya keluarga Almarhum Mulyono (65), warga Dusun Balong, Desa Sidodadi yang meninggal karena sakit. Proses pemakaman almarhum terhambat banjir.

Untuk menuju pemakaman Desa Sidodadi yang harusnya bisa ditempuh 2 km menyeberangi jembatan Sungai Pacal, keluarga almarhum harus memanggil ambulans, menempuh jalan memutar sekitar 7 km.

Banjir setinggi 50 cm terjadi di rumah duka almarhum saat pelaksanaan pemulasaraan jenazah. Ambulans jenazah yang datang pun tidak bisa masuk hingga lokasi terdekat sehingga jenazah digotong sejauh 200 meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah itu, untuk menuju ke TPU Desa Sidodadi, ambulans harus memutar melewati 2 desa di kecamatan Balen yang juga kebanjiran, dengan jarak kurang lebih 7 kilometer.

"Ini jenazah pak Pak Mulyono. Rumah duka dan pemukiman kebanjiran jadi ini tadi harus memutar naik ambulans," ujar salah satu keluarga almarhum bernama Heri kepada detikJatim, Sabtu (26/11/2022).

ADVERTISEMENT

Dari Dusun Balong yang sebenarnya masih termasuk wilayah Desa Sidodadi, Kecamatan Sukosewu, ambulans itu memutar melewati Desa Ngadiluhur dan Desa Kabunan, di Kecamatan Balen.

Kedua desa itu juga terendam banjir luapan Sungai Pacal namun ketinggian airnya lebih rendah.

Tidak hanya itu ambulans hanya bisa mengantarkan jenazah sampai di Masjid Desa Sidodadi. Sebabnya, jalan dari masjid ke lokasi TPU Sidodadi juga tergenang banjir cukup tinggi.

"Ambulans cuma bisa mengantarkan sampai di masjid ini, nanti dari sini ke kuburan digotong gantian sampai pinggir makam," ujar Heri.

Pantauan detikJatim, keluarga dan warga yang mengantar jenazah harus berjalan menembus banjir dengan ketinggian mencapai lutut sejauh 1 km menuju pemakaman.

Mereka menyusuri pemukiman warga yang juga kebanjiran hingga tiba di tepian makam. Secara bergiliran keluarga maupun warga memikul keranda jenazah tersebut.

Kades Sidodadi, Doni membenarkan jika desanya kebanjiran dan ada warga yang meninggal harus dimakamkan dengan memutar rutenya karena jalan pemukiman dan rumah duka kebanjiran.

"Benar ini tadi almarhum pak Mulyono warga kami. Jadi karena banjir harus naik ambulans, lalu harus digotong lewat jalan yang banjir pula hingga lokasi makam. Almarhum Mbah Mulyono ini meninggal karena sakit," terang Kades Doni.

Untung saja saat proses penguburan jenazah liang lahad yang telah disiapkan tidak sampai kemasukan atau mengeluarkan air. Sebabnya, area pemakaman itu lebih tinggi dari jalan desa.

Jenazah Almarhum Mulyono pun bisa dimakamkan dengan lancar, meski sebelumnya harus menempuh perjalanan memutar.




(dpe/iwd)


Hide Ads