Polisi telah memastikan bahwa kontes busana transpuan di Royal Plaza Surabaya batal digelar. Mereka menyatakan, acara tersebut memang banyak mendapatkan penolakan.
Kapolsek Wonokromo Kompol Riki Dinaire mengungkapkan, penyelenggara tidak pernah mengajukan izin ke polisi. Andai mengajukan izin sekalipun, kata Riki, polisi juga tidak akan membolehkan. Sebab, pihaknya telah mengkaji resistensi masyarakat dan dampak ke depannya.
"Kita menilai dampak ya, kita juga di sini melihat karakteristik wilayah. Kegiatan itu banyak yang tidak mendukung, kita menjaga kondusivitas wilayah. Makanya kita nggak kasih izin, tapi udah batal (lebih dulu)," ungkap Riki dikonfirmasi detikJatim, Minggu (20/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Riki melanjutkan, pihaknya telah berkomunikasi dengan penyelenggara acara maupun Royal Plaza selaku tempat acara tersebut. Mereka semua sepakat untuk membatalkan kontes busana transpuan tersebut.
"Koordinasi dengan yang punya tempat, ke penyelenggara sudah. Langsung batal waktu mau disampaikan kegiatan itu," lanjutnya.
Sementara, Kasat Intelkam Polrestabes Surabaya Kompol Edi Hartono menjelaskan, tidak ada pengajuan izin yang masuk baik di tingkat Polres maupun Polsek.
"Jadi belum sampai ada pengajuan surat izin, acara itu batal. Polsek belum ada pengajuan permohonan izin (dari penyelenggara), ke Polres apalagi, tidak ada. Jadi baru flyer yang beredar," jelas Edi.
Edi menambahkan, setelah pamflet kontes busana transpuan itu tersebar, polisi langsung bergerak cepat. Koprs Bhayangkara ingin mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
"Setelah flyer itu muncul, kami langsung mencari informasi ke sana ke mari. Hari kamis sudah dinyatakan batal," tambah Edi.
Perwira polisi dengan satu melati di pundak itu tak menampik bila ada gejolak di tengah masyarakat usai pamflet kontes busana transpuan itu tersebar. Bahkan, sempat ada ormas yang datang langsung untuk memastikan batal atau tidaknya kontes tersebut.
"Hari Jumat ada beberapa ormas Islam mendatangi dan acara dinyatakan batal. Hari itu juga dibuat pernyataan bahwa benar-benar batal," tukas Edi.
Sementara dikonfirmasi terpisah, GM Royal Plaza Surabaya Vicky Ratih menyebut bahwa kontes itu memang benar sempat teragendakan pada 24 November 2022. Namun, Vicky memastikan bahwa acara tersebut sudah dibatalkan oleh penyelenggara.
"Acara harusnya tanggal 24 November minggu depan dan sudah di-cancel," kata Vicky.
Kontes busana transpuan di Surabaya berhadiah jutaan rupiah. Baca halaman selanjutnya.
Peserta Kontes Busana Transpuan di Surabaya Ditarik Uang Pendaftaran Rp 150 Ribu
Sebuah kontes busana transpuan menjadi perbincangan di media sosial. Warganet tidak setuju dan mengecam penyelenggaraan acara tersebut.
Akun Twitter yang mengunggah perihal kontes itu adalah @sh4dOwbL4ckz. Dia mentwit:
"FESTIVAL TRANSGENDER DI SURABAYA DI KUTUK UMAT ISLAM. Surabaya mana Ghiroh nya, bubarkan paksa acara laknat ini ! π€¬, atau azab akan menimpa kita semua .. Bantu share kan dan batalkan acara ini walau nyawa reskonya !!" tulis akun @sh4dOwbL4ckz pada 18 November 2022, pukul 14.23 WIB seperti dilihat detikJatim, Minggu (20/11/2022)
Dalam twitnya, akun tersebut juga melampirkan pamflet acara tersebut. Di situ tertulis kontes tersebut bertajuk 'Evening Dress Transpuan Competition'. Waktu penyelenggaraan acara tersebut 24 November 2022, pukul 18.00-21.00 WIB. Lokasinya di atrium utama Royal Plaza lantai ground.
Disebutkan pula bahwa total hadiah kontes tersebut mencapai jutaan rupiah. Peserta yang ingin mendaftar dikenakan tarif Rp 150 ribu. Penyelenggara acara juga menuliskan syarat dan ketentuan peserta. Yakni transpuan, usia minimal 18 tahun, dan berdomisili di Jawa Timur.
Di bagian kiri bawah pamflet tersebut juga disertakan 2 contact person penyelenggara acara atas nama Miss Soffi dan Miss Charla.
Unggahan di Twitter itu sontak memantik kecaman dari beberapa warganet.
"Acara yg nyata Islami saja ditolak........kalau yg acara Laknat dibiarkan berarti kalian ....aaahhhh sudahlaaah....." tulis akun @politik*****3.
"Yakin di Surabaya yg guyub aman tentram mau di adakan acara" laknat seperti ini Jangan biarkan kaum #LGBT ini mengundang azab unt kota Surabaya
@WaliKotaSby @SapawargaSby" tulis @affan****12.
detikJatim telah mencoba menghubungi 2 contact person yang ada di pamflet tersebut. Keduanya sudah dihubungi, baik melalui WhatsApp maupun tiga kali ditelepon, namun tak ada respons.