IDI Jatim Imbau Masyarakat Waspada Pneumonia Balita Saat Peralihan Musim

IDI Jatim Imbau Masyarakat Waspada Pneumonia Balita Saat Peralihan Musim

Esti Widiyana - detikJatim
Selasa, 15 Nov 2022 14:27 WIB
Ketua IDI Jatim Dr dr Sutrisno SpOG(K)
Ketua IDI Jatim Dr dr Sutrisno SpOG(K). (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Pneumonia pada balita terus bertambah. Hingga Oktober 2022 ada 10.161 balita usia 0-5 tahun yang terdata mengalami pneumonia. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jatim menyatakan salah satu faktor meningkatnya kasus ISPA dan pneumonia karena peralihan musim.

"Pneumonia itu memang sepanjang tahun tinggi, apalagi kalau musim kita semakin tinggi lagi. ISPA, penumonia dari riset dasar tinggi sepanjang tahun. Termasuk musim peralihan seperti ini lebih tinggi lagi," kata Ketua IDI Jatim Dr dr Sutrisno SpOG(K), Selasa (15/11/2022).

Untuk itu ia mengimbau masyarakat, terutama keluarga yang memiliki balita, harus bisa membuat cara agar penyakit saluran pernapasan itu tidak bertambah berat. Dan selanjutnya petugas dan pusat pelayanan kesehatanlah harus siaga menangani pneumonia pada anak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di Jatim sendiri, terdapat 404 RS dan banyak dokter anak. Sehingga bisa memberikan yang terbaik atas lonjakan kasus pneumonia. Kalau berkaca dari data, pneumonia dan ISPA ini terus ada sepanjang tahun. Tentu daya tahan tubuh anak lebih rendah. Di Jatim dari hasil riset memang tinggi ISPA dan pneumonia," jelasnya.

Namun, ia meyakinkan bahwa penyakit ini bisa disembuhkan. Tingkat penyembuhannya tergantung dari penyebabnya. Oleh karena itu, ia berpesan kepada orang tua untuk bekerja sama dan segera membawa anak yang sakit ke faskes agar bisa segera ditangani.

ADVERTISEMENT

"Untuk ibu dan bapak jangan terlambat membawa putra-putrinya yang sakit ke dokter atau faskes agar cepat tertangani," ujarnya.

Dia juga mengimbau agar orang tua tidak gampang membiarkan balita keluar rumah. Kalau memang tidak terlalu perlu jangan keluar rumah.

"Zaman sekarang batasi bayi balita keluar. Kalau nggak perlu jangan. Kalau keluar dilindungi masker, hidup sehat, gizi yang baik, dan jangan lupa imunisasi dasar. Imunisasi dasar kita saat COVID-19 turun, karena orang-orang fokus ke COVID-19," tuturnya.

Selain orang tua, pencegahan juga bisa dilakukan oleh RS, Puskesmas, hingga pemerintah. Sebab, masalah kesehatan merupakan permasalahan kompleks yang memerlukan kerja sama antara pemerintah dan tenaga kesehatan.

"Bahwa sistem faskes ke depannya kalau terkoneksi dengan bagus bisa memberikan penanganan mulai dari awal hingga tindak lanjut," pungkasnya.




(dpe/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads