Mbois! Tur Sejarah Jalan Tunjungan Surabaya Dipandu Penyandang Tunanetra

Mbois! Tur Sejarah Jalan Tunjungan Surabaya Dipandu Penyandang Tunanetra

Deny Prastyo Utomo - detikJatim
Minggu, 13 Nov 2022 19:01 WIB
Sejumlah peserta tur menendengarkan hiburan musik dari Komunitas Mata Hati di Jalan Tunjungan Surabaya
Sejumlah peserta tur menendengarkan hiburan musik dari Komunitas Mata Hati di Jalan Tunjungan Surabaya. (Foto: Deny Prastyo Utomo/detikJatim)
Surabaya -

Puluhan orang terlihat berjalan berkelompok menyusuri jalan sejak dari Jalan Gemblongan hingga ke Jalan Tunjungan. Di antara 20 orang itu beberapa peserta adalah seorang bule. Mereka sedang mengikuti kegiatan Surabaya Walking Tour dengan Tema Hari Pahlawan.

Kegiatan seperti ini banyak digelar di akhir pekan di Tunjungan. Namun di acara menelusuri Jalan Tunjungan kali ini ada yang berbeda. Terutama pada pemandu tur itu yang beberapa di antaranya ternyata merupakan tunanetra.

Surabaya Walking Tour di Jalan Tunjungan itu merupakan kegiatan yang digelar atas kerja sama Komunitas Roodebrug Soerabaia dengan Komunitas Mata Hati. Komunitas Mata Hati adalah komunitas penyandang difabel tunanetra.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dani, salah satu pemandu tur dari Mata Hati terlihat cukup sering memberikan penjelasan kepada para peserta tur. Ia menjelaskan detail sejarah gedung yang ada di Jalan Tunjungan kepada para peserta.

Suaranya yang lantang dan cara penyampaiannya yang runut membuat peserta tur tersebut menyimak penjelasan Dani dengan seksama. Tidak jarang, di tengah penjelasannya itu ia selipkan guyonan yang membuat suasana menjadi lebih cair.

ADVERTISEMENT

Tidak hanya memandu dan memberikan penjelasan tentang sejarah gedung-gedung di Jalan Tunjungan, di sela menyusuri Jalan Tunjungan itu Dani dan teman-temannya juga menghibur peserta mereka dengan musik. Mereka menyanyikan lagu Tunjungan diiringi irama gitar.

"Tadi menjelaskan sejarah Kota Surabaya pada khususnya. Namanya Surabaya Walking Tour. Jadi ini memang komunitas yang akan terus mendalami Historisnya Kota Surabaya," kata Dani saat di temui di Gedung Siola, Minggu (13/11/2022).

Sejumlah peserta tur menendengarkan hiburan musik dari Komunitas Mata Hati di Jalan Tunjungan SurabayaSejumlah peserta tur menendengarkan hiburan musik dari Komunitas Mata Hati di Jalan Tunjungan Surabaya Foto: Deny Prastyo Utomo/detikJatim

Dani mengaku bangga bisa menjelaskan kepada pengunjung terkait sejarah Kota Surabaya meski di komunitasnya merupakan tuna netra.

"Jadi kami merasa bangga, karena kami menjadi bagian dari Kota ini, siapa pun kami, apapun latar belakangnya. Jadi kami diberi kesempatan. Mungkin kodrat kami terlahir di Surabaya ini," ujarnya.

Ady Setyawan, pendiri komunitas Roodebrug Soerabaia mengatakan kegiatan Walking Tour di Jalan Tunjungan dan Gemblongan yang dipandu komunitas Matahati ini merupakan yang pertama kali.

"Ini kegiatan pertama, mereka sudah kami training bersama komunitas kami selama dua mingguan. Jadi setelah berjalan, kemudian berhenti dihibur dengan menyanyi," ungkap Ady.

Ady menambahkan, ada sebanyak 6 orang dari komunitas Matahati yang juga ikut menelusuri histori perjuangan ini, bergantian menjelaskan kepada peserta.

"Jadi di Jalan Tunjungan sampai Gemblongan, tiap gedung ada kisah apa, sejarahnya apa, ada peristiwa apa, terutama kaitanya sama revolusi, itu tadi dijelaskan sama teman-teman," lanjut Ady.

Tidak hanya memberi penjelasan secara verbal mereka juga memberi gambaran visual tempo dulu dengan membawa foto-foto lama yang menceritakan perjuangan di Jalan Tunjungan dan Gemblongan.

"Kami juga membawa foto-foto besar, waktu perang Surabaya ada tank yang hancur di sini, itu kami ceritakan, kenapa ada monumen di sini, itu kamj ceritakan kisah-kisah di baliknya," ujar Ady.




(dpe/iwd)


Hide Ads