JK-Prof M Nuh Beri Wejangan Kepada Ratusan Mahasiswa Unusa

JK-Prof M Nuh Beri Wejangan Kepada Ratusan Mahasiswa Unusa

Faiq Azmi - detikJatim
Sabtu, 12 Nov 2022 17:11 WIB
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
JK dan M Nuh saat mengisi studiun generale di Unusa (Foto: Faiq Azmi)
Surabaya -

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menggelar Studium Generale dengan mengundang pembicara Wakil Presiden Republik Indonesia ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (JK), Ketua Yarsis Muhammad Nuh, serta Rektor Unusa Achmad Jazidie.

JK dalam paparannya, mengajak 800 mahasiswa Unusa untuk menjadi generasi rahmatan lil alamin yang berjiwa pembelajar dan penggerak bagi bangsa dan ummat manusia melalui Gerakan 45.

Gerakan 45 merupakan bentuk dari rukun islam yang ke-4 (zakat) dan ke-5 (haji). Gerakan ini akan menjadikan mahasiswa menjadi generasi pembelajar dan penggerak yang sejati. Karena berzakat dapat melatih mahasiswa untuk ikhlas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Zakat juga bermanfaat mendatangkan kebaikan-kebaikan dalam hidup. Rezeki dilancarkan, kualitas hidup meningkat, hati terasa tenang, dan kehidupan juga terasa lebih tentram karena kebaikan yang telah dilakukan," ujar JK di Auditorium Unusa, Sabtu (12/11/2022).

JK menjelaskan zakat adalah bagian utama dari rangkaian solidaritas sosial yang berpijak kepada penyediaan kebutuhan dasar kehidupan. Kebutuhan dasar kehidupan itu berupa makanan, sandang, tempat tinggal (papan), terbayarnya hutang-hutang, memulangkan orang-orang yang tidak bisa pulang ke negara mereka, membebaskan hamba sahaya dan bentuk-bentuk solidaritas lainnya yang ditetapkan dalam Islam.

ADVERTISEMENT

"Zakat mempunyai pengaruh positif yang sangat signifikan dalam mendorong gerak roda perekonomian Islam dan mengembangkannya. Karena pertumbuhan harta individu pembayar zakat memberikan kekuatan dan kemajuan bagi ekonomi masyarakat," ungkapnya.

Selain rukun Islam yang ke-4, JK juga mengajak mahasiswa untuk merencakanan dan meniatkan untuk berhaji. Ibadah haji memilki dampak-dampak positif dan kemanfaatan yang banyak baik bagi individu yang melaksanakan ibadah haji maupun masyarakat pada umumnya. Bagi yang melaksanakan ibadah haji, akan terpancar kebaikan dan kesalihan dari pribadinya.

JK menjelaskan Ibadah haji juga melatih seorang Muslim mengamalkan prinsip-prinsip kemanusiaan, persaudaraan, dan persamaan secara universal. Seseorang yang melaksanakan rukun Islam yang ke-5 akan melepaskan diri dari egonya, sehingga dia akan mendapati dirinya larut dalam sebuah kumpulan akbar manusia, yang bersatu, tak tercerai-berai, dan bersama-sama memenuhi satu panggilan untuk berputar mengelilingi satu pusat, kemudian kumpulan haji yang disatukan dan menyatukan ini bergerak untuk melempar setan.

"Ini merupakan bentuk utama menjadi sosok penggerak kehidupan. Dalam ibadah haji, semua orang diminta menanggalkan pakaian, perhiasan yang seringkali menandai perbedaan daerah, kelas sosial dan sebagainya. Sebagai gantinya, semua memakai pakaian sederhana yang lebih mirip dengan kain kafan. Ketika berthawaf dan berwukuf di arafah, tidak terlihat kefakiran dan kekayaan seseorang. Melalui gerakan 45, insyaallah mahasiswa Unusa akan bisa menjadi generasi generasi rahmatan lil alamin yang berjiwa pembelajar dan penggerak bagi bangsa dan ummat manusia," ungkapnya.

Sementara, Ketua Yarsis, Muhammad Nuh mengatakan di era saat masih banyak ruang-ruang kosong yang belum bisa dioptimalkan pihak kampus juga para mahasiswa.

Apabila kampus bersama mahasiswa bisa mencari titik lemah di masyarakat, maka peluang berinovasi untuk memperdayakan masyarakat terbuka.

"Ada ruang kosong, sehingga pemberdayaan masyarakat tidak maksimal. Mencari titik lemah di masyarakat, bagaimana membuat inovasi untuk membaca peluang di sana. Mahasiswa Unusa harus membaca itu tadi disinggung oleh Pak JK soal kekuatan ekonomi umat yang masih lemah, juga rukun islam yang lemah ya urusan berzakat dan haji," katanya.

"Nah hari ini kita sharing, dan bagaimana tugas kita agar membuat masyarakat sejahtera. Itu kan in line dengan tujuan kemerdekaan," sambungnya.

Menurut pria yang akrab disapa Prof Nuh ini, ada sejumlah kelemahan dari para mahasiswa. Salah satunya soal inisiatif.

"Kalau kondisi sekarang yang kurang ya kemampuan reflektifnya harus segera, karena sekarang perubahan sangat cepat. Kemampuan reflektif tidak hanya melihat saja tapi memberikan alternatif solusinya," katanya.

"Nah solusinya ini yang menentukan kompetensi dirinya itu, dan bagaimana kemampuan melihat peluang kebutuhan real, lalu dia tangkap, lalu solusinya apa, diselesaikan, Unusa harus ke situ arahnya," tambahnya.

Selain itu, Prof Nuh menyatakan perlunya mahasiswa membuat jejaring luas. Hal itu akan mempermudah mereka ketika sudah lulus dari kampus nantinya.

"Membaca peluang, lalu jejaring itu penting. Karena jejaring yang luas akan mempermudah nanti, dan jangan juga lupakan soal kompetensi," tandasnya.




(faa/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads