Tuberkulosis atau TBC paru Indonesia berada di urutan ketiga dunia setelah India dan China. Tahun 2021, lebih 10 juta orang terinfeksi TBC, 900 ribu di antaranya diperkirakan dari Indonesia.
"Saya bandingkan sama dengan COVID-19, 6,5 juta kita bisa deteksi dalam 18 bulan, by name by addres. TBC tak bisa dideteksi. COVID-19 yang meninggal 50 ribu, TBC yang meninggal hampir 100 ribu pertahun," kata Budi Gunadi di Hotel Shangri-La, Rabu (8/11/2022).
Dia menyimpulkan penyakit TBC lebih parah dari COVID-19. Untuk itu, tahun 2023 kemenkes menargetkan bisa mendeteksi 700 ribu orang penderita TBC.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"TBC by name by addres mimpi, 30 tahun sulit. Padahal penyakit menular harus ada by name by addres agar tak ada penularan," ujarnya.
Untuk itu, jelas dia, target diturunkan di tahun 2030 jumlah insidensinya 65 per seratus ribu. Kemudian di tahun 2023 sudah teridentifikasi 700 ribu dan perbulan harus teridentifikasi 60 ribu per bulan.
Lalu pada tahun 2030 ditargetkan kasus TBC menurun. Sehingga insidensi bisa menjadi 65 kasus perseratus ribu penduduk.
"Pasien TBC dan keluarga akan dipandu untuk mengikuti standar pengobatan yang dilakukan oleh Kemenkes serta pemberian makanan tambahan (PMT). Selain itu pasien dapat berkonsultasi secara telemedicine dengan dokter dan nutritionist yang telah disediakan," jelasnya.
(esw/fat)