Konsul Jenderal RI Jeddah dan Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ) menggandeng Unair kerjasama beberapa hal. Salah satunya mengembangkan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan pengembangan sumber daya manusia.
Terlebih, di SIJ hampir semua muridnya tidak memiliki NIK. KJRI Jeddah bekerja sama dengan Unair, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) agar siswa SIJ bisa kuliah di Indonesia.
KJRI Jeddah Duta Besar Eko Hartono mengatakan, ada banyak universitas termasuk Unair yang menjadi kampus terpandang di Indonesia. Pihaknya juga ingin citra pendidikan Indonesia lebih dikenal di Arab Saudi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena selama ini teman-teman di Arab Saudi citra Indonesia kurang bagus. Dengan kerja sama antara Arab Saudi dengan di Indonesia, kita harapkan agar masyarakat di Saudi juga melihat bahwa mutu pendidikan di Indonesia baik. Sehingga mereka berkenan menjalin kerja sama," kata Eko kepada wartawan di Gedung Rektorat Unair, Kamis (27/10/2022).
Begitu pula dari Indonesia, lanjut Eko, melihat Arab Saudi belum menjadi tempat favorit untuk belajar ilmu non agama. Oleh karena itu pihaknya meyakinkan seperti di Unair bahwa Arab Saudi menjadi salah satu pilihan untuk belajar non agama. Sebab ada King Abdullah University of Science and Technology di Jeddah dan King Abdul Aziz University di Jeddah dinilai bagus untuk belajar non agama.
SIJ saat ini mempunyai murid 1.140. Lulusan kita SIJ jenjang SMA setiap tahun ada sekitar 40 dan didorong melanjutkan studi di Indonesia. Meskipun terkendala oleh NIK.
"Sekitar 15 orang (diterima) diberbagai universitas di Indonesia. Kami terus meyakinkan para lulusan, juga orang tuanya agar mau lanjut studi di Indonesia. Disana itu hampir semua ga ada NIK, karena status orang tua masih perlu melengkapi dokumen. Misalnya orang tua kurang lengkap dokumen anaknya juga, kemudian putus administrasi dengan Indonesia, tidak punya KK, KTP, bagaimana peroleh NIK kalau tidak tercatat sebagai WNI. KJRI bekerja sama dengan Dirjen Dukcapil mengusahakan agar mereka mendapat NIK. Kalau tidak bisa pakai nomor induk tunggal (NIT). Tappa itu mereka ga bisa daftar di universitas Indonesia, kecuali lewat jalur khusus untuk melanjutkan study," jelasnya.
"Kita sedang program berikan parpor kepada WNI disana, kita berikan bukti identitas sebagai WNI yakni paspor. Nanti lanjut dukcapil menindaklanjuti dengan dokumen sehingga bisa study di Indonesia," tambahnya.
Sementara Rektor Unair, Prof M Nasih mengatakan, kerja sama di bidang pendidikan ini akan melibatkan mahasiswa dan dosen, termasuk melakukan riset. Karena banyak persoalan, seperti perbedaan budaya dan lainnya, maka bisa dilakukan penelitian, pengembangan kebijakan ke depan agar pekerja migran nyaman meskipun jauh dari rumah.
"Tapi fokus tetap berkaitan dengan sekolah agar para siswa lulusan disana ikut mendaftar di Unair. Kadang ga punya NIK dan lain-lain sehingga tidak bisa daftar SNMPTN-SBMPTN. Kalau jalur lain tetap kita buka peluang. Dari pendidikan, magang, inbound, outbound, termasuk join riset penelitian dengan kawan-kawan di King Abdul Aziz University Jeddah bisa didorong dan inovasi bersama. Termasuk riset sosial para pekerja migran, pengabdian masyarakat juga banyak didorong dan dibutuhkan, banyak sosialisasi penguatan kesiapan psikologis bagi yang mau kerja di wilayah timur tengah. Sangat banyak yang bisa kita lakukan dan teman-teman Konjen berkenan, paling tidak menghubungkan," pungkasnya.
(esw/fat)