5 Fakta Pilu Bocah Yatim Gresik Dianiaya Kakak Tiri-Jadi Tukang Tambal Ban

5 Fakta Pilu Bocah Yatim Gresik Dianiaya Kakak Tiri-Jadi Tukang Tambal Ban

Tim detikJatim - detikJatim
Minggu, 23 Okt 2022 06:06 WIB
penganiayaan anak
Luka yang dialami bocah yatim piatu di Gresik lantara dianiaya kakak tiri. (Foto: Jemmi Purwodianto/file detikJatim)
Gresik -

Sungguh pilu nasib bocah yatim piatu asal Gresik, EW. Bocah 11 tahun itu dianiaya dan dieksploitasi kakak tirinya (ER) hingga luka-luka.

Belakangan juga diketahui bahwa ER ingin menguasai uang donasi adik tirinya itu. Bagaimana cerita penganiayaan tersebut? Simak fakta-fakta penganiayaan bocah yatim piatu di Gresik berikut ini:

1. Dieksploitasi Jadi Tukang Tambal Ban

Sejak ditinggal kedua orang tuanya saat usia 5 tahun, EW tinggal bersama kakak tirinya di Gresik. Namun, bukannya mendapat perlakuan dan perlindungan dari kakak pada umumnya, EW malah menjadi mesin pencari uang oleh sang kakak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

EW diperintah untuk berjualan bensin dan tambal ban milik kakak tirinya sepulang sekolah hingga pukul 23.00 WIB setiap hari. EW pun mendapat penyiksaan jika melakukan kesalahan

"Dulu pernah, disuruh kakaknya ambil air untuk tambal ban itu kurang. Kakaknya marah kan, langsung dikampleng (dipukul kepalanya). Padahal kan anak itu masih kecil, wajar kan kalau nggak kuat," kata salah satu tetangga EW, Heri Surahman, Sabtu (22/10/2022).

ADVERTISEMENT

2. Sering Kelaparan karena Tak Diberi Makan

Saat berangkat sekolah, EW juga sering merasa kelaparan karena tidak diberi makan. Sehingga, wali murid di sekolahnya kerap memberinya makanan karena kasihan.

EW juga sering merasa kelaparan dan meminta makanan kepada tetangga belakang rumahnya. Terkadang, ia harus menunggu kakak tirinya tidur agar tidak ketahuan sang kakak.

"Kalau ketahuan pasti disiksa. Makanya kadang dia (EW), keluar saat jam 1 malam untuk mencari makan. Kasihan mas, dari sepulang sekolah itu nggak makan, malah jadi tukang tambal ban. Uangnya ya disetorkan kepada kakaknya," tambah Heri.

3. Pernah Dibenturkan Kepalanya dan Disundut Teflon

EW juga beberapa kali disiksa oleh kakak tirinya. Mulai dari dibenturkan kepala ke tembok hingga disundut teflon panas.

Hal itu dikonfirmasi melalui Ketua RT setempat, Slamet Budiono. EW menceritakan, jika kakak tirinya sering menganiaya dirinya ketika membuat kesalahan, meski hanya sepele.

EW pun pernah dibenturkan kepalanya ke tembok hingga meja. Tak hanya itu, EW juga disiksa ketika mengatakan 'lelah' saat diperintah kakak tiri beserta istrinya.

"Ada bekas luka di punggungnya karena dinyonyok (disundut) teflon panas. Sepertinya kejadiannya cukup lama, karena hanya tinggal bekas luka," tambah Slamet.

Tak Hanya itu, EW juga mengalami penyiksaan lain. Istri ER pernah naik pitam hanya karena tersenggol EW.

Istri ER pun melempar nasi panas arah EW. Beruntung, EW menangkis sehingga terkena pergelangan tangan kirinya.

"Saat ini yang masih ada itu luka di pergelangan tangan kirinya akibat dilempar nasi panas. Sempat melepuh kata anaknya, tapi sekarang sudah mulai mengering," jelas Slamet.

4. Diasuh oleh Ketua RT Setempat untuk Sementara

Ketua RW setempat, Samsudiono memutuskan untuk menyelamatkan EW dari rumah ER bersama warga sekitar. Saat ini, EW tinggal bersama Ketua RT setempat.

"Yang penting itu dia (EW) keluar dulu dari rumah kakak tirinya dan tak kembali lagi ke sana," kata Samsudiono.

Samsudiono menambahkan, pihaknya sudah melakukan mediasi dan musyawarah bersama berbagai pihak seperti Lurah, Dinas PPA Gresik, hingga Bhabinkamtibmas Polsek Gresik Kota. Dari hasil pertemuan itu, EW akan diasuh oleh ketua RT hingga dewasa.

"Keinginan EW itu mondok. Tapi karena ini sekarang sudah kelas 6 dan akan lulus, ia sementara tinggal bersama ketua RT. Setelah lulus, ia akan masuk pondok di wilayah Gresik. Tapi tetap Ketua RT akan menjadi orang tua asuh EW hingga dewasa," kata Samsudiono.

5. Kakak Tiri Ingin Kuasai Uang Donasi

Dari informasi yang dihimpun detikJatim, ER memilih merawat adik tirinya tersebut karena ingin menguasai uang santunan dari donatur. Bahkan, semenjak EW memasuki usia 7 tahun.

Ketua RT Slamet mengatakan bahwa aksi penganiayaan itu terbongkar setelah ER meminta uang santunan dari sekolah kepada EW. Lantara EW mengatakan belum menerima santunan tersebut, kakak tirinya itu mendatangi sekolah untuk meminta uang santuan itu.

"Selain itu ada laporan warga jika kakak tirinya sudah lama melakukan penganiayaan. Sejak usia sekitar 7 tahun. Karena pihak sekolah sudah tahu jika selama ini uang santunan itu digunakan kakak tirinya, uang santunan itu pun tak diberikan," kata Slamet.




(hse/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads