Wali Kota Eri Cahyadi melakukan rotasi atau mutasi besar-besaran pejabat Pemkot Surabaya. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 320 pejabat pemkot dirotasi. Salah satunya Sekretaris Daerah Hendro Gunawan.
Mutasi besar-besaran ini untuk regenerasi dan agar lebih dekat dengan rumah supaya pelayanan kepada masyarakat lebih maksimal. Selain itu juga agar tidak bosan karena sudah lama menjabat, oleh karena itu dipindah.
"Camat yang lama-lama, 3, 5 sampai 8 tahun harus diputar untuk regenerasi. Terus orang kan bosan. Makanya kata Kartini itu habis gelap terbitlah terang, wong seng bosen 10 tahun di situ, pindah," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin ada salah satu pejabat yang sebenarnya pintar, tapi karena rumah dan tempat kerjanya jauh, makanya mungkin kurang maksimal memberikan pelayanan. Nah, saya ingin pelaksanaan pelayanan publik itu lebih efektif dan efisien, makanya kita dekatkan rumahnya dengan tempat kerjanya," tambahnya.
Selain itu, Eri juga ingin memberikan suasana baru. Sebab, mutasi ini untuk meningkatkan kemampuan pejabatnya. Jika sudah 5 tahun berada di suatu jabatan, biasanya bosen, oleh karena itu dirotasi
"Jadi, ini salah satu caranya untuk meningkatkan dan menaikkan kemampuan manajerial mereka supaya lebih baik lagi ke depannya. Apalagi, syarat untuk menjadi kepala dinas dan camat itu harus pernah memimpin di beberapa tempat, dan inilah saatnya. Intinya, kalau dia di camat terus tidak bisa, karena dia tidak pernah memegang anggaran besar, makanya perlu perlu dirotasi," jelasnya.
Menurutnya, para pejabat pemkot juga warga Surabaya. Pemkot Surabaya adalah jubah, rumah bagi pejabat itu. Bahkan, para pejabat itu menangis, bersedih dan bahagia dengan mengatasnamakan Pemkot. Maka, yang perlu diingat ialah pendapatan para pejabat berasal dari pajak warga Surabaya.
"Berarti kalau ada masalah di bawah, jangan pernah mengatakan bahwa nantinya akan disampaikan kepada Pemkot Surabaya. Lha ini tidak jelas, wong pejabat pemkot mengatakan seperti itu. Pemkot Surabaya itu adalah rumah kita, baju kita, kalau kita bilang seperti itu, berarti kita merusak baju kita, merobek baju kita sendiri. Jadi, pejabat Pemkot Surabaya tidak boleh ngomong seperti itu, inilah yang berulang kali saya sampaikan tadi," pungkasnya.
(abq/iwd)