Viral sebuah video jenazah yang digotong perangkat desa menuju pusara. Dalam narasinya, pengunggah video menyebut kejadian ini bak sinetron lantaran tak ada warga hingga keluarga yang mengantar.
Usut punya usut, ternyata narasi video viral itu ngawur. Sejumlah pihak membantah narasi dalam video. Di balik video tersebut, ternyata juga menyimpan kisah keluarga jenazah yang menyayat hati.
detikJatim menghimpun sederet fakta soal kejadian viral ini. Simak, di sini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Polisi Sebut Narasi Video Tak Sesuai Fakta
Kejadian ini berlangsung di Desa Kedak, Kecamatan Semen, Kediri. Kapolsek Semen, Kediri AKP Siswandi membenarkan kejadian ini ada di wilayah hukumnya. Namun, ia menepis narasi yang tertulis di video viral itu.
"Perangkat Desa Kedak membawa jenazah bahwa memang benar adanya. Namun kasihan, (video) nggak sesuai fakta," kata Siswandi dihubungi lewat telepon, Kamis (22/9/2022).
2. Mayoritas Tetangga Prianya Tengah Bekerja
Siswandi memaparkan, Partono meninggal pada Selasa (20/9) pagi. Saat meninggal, bukannya tak ada warga yang melayat. Namun, para warga berjenis kelamin pria di lingkungan tersebut mayoritas sedang bekerja saat pagi.
Hanya tersisa beberapa perempuan kepala rumah tangga di desa. Akhirnya, perangkat desa harus turun tangan mengurus pemakaman jenazah.
"Bahwa menurut keterangan kenapa jenazah dibawa perangkat desa, karena almarhum meninggal pada hari Selasa pagi sekitar jam 09.00 WIB. Dan pada saat itu kebanyakan tetangga sekitar almarhum banyak yang kerja dan tetangganya memang banyak yang janda," ungkap Siswandi.
Sosok pilu Partono dan keluarga alami keterbelakangan mental, baca di halaman selanjutnya!
3. Sosok Partono Alami Keterbelakangan Mental
Siswandi menyebut, Partono mengalami keterbelakangan mental. Pilunya, ia juga tinggal bersama keluarga yang mengalami kondisi serupa.
"Almarhum tinggal bertiga dalam satu rumah dengan kakaknya Partini dan satu saudara lainnya. Ketiga orang ini merupakan orang dengan keterbelakangan mental," kata Siswandi.
Ketiganya hidup dengan bergantung pada bantuan dari pemerintah. Mereka rutin mendapat bantuan. "Almarhum tersebut juga menerima BLT (Bantuan Langsung Tunai) dan DD (Dana Desa), serta rumah juga merupakan bantuan dari pemerintah," imbuhnya.
4. Banyak Warga yang Melayat
Sukemi menampik narasi yang menyebut tak ada warga yang melayat hingga mengantarkan jenazah ke pemakaman. Sukemi menegaskan, banyak warga yang melayat ke rumah duka. Namun, rata-rata pelayat adalah perempuan. Sebab, laki-laki di desa tersebut banyak yang sudah pergi bekerja.
"Ada yang melayat. cuma perlu saya tambahkan, di lingkungan duka itu banyak jandanya. Laki-lakinya nggak banyak dan sudah berangkat kerja, sehingga, kebanyakan para istri-istrinya yang di rumah datang melayat," ungkap Sukemi.
"Kalau warganya banyak, cuma yang searah sekitar rumah duka memang kondisinya banyak jandanya. Kebetulan juga bersebelahan dengan rumah Bu Kades, Bu Kades tahu kondisi lingkungan itu bagaimana," imbuhnya.
Ia menyebut, para tetangga perempuan justru ikut bergotong royong menyiapkan pemakaman Partono. Seperti meronce atau membuat rangkaian bunga untuk orang yang meninggal.
5. Penyebab Jenazah Tak Diantar Keluarga
Ada alasan di balik jenazah Partono tak diantarkan keluarganya ke makam. Keluarga sendiri tak pernah tahu bahwa Partono telah meninggal dunia.
"Tadi pagi saya bersama pak kapolsek dan bu kades ke rumah duka melihat kondisinya, benar bahwa keluarga almarhum yang ada di rumah itu mengalami keterbelakangan mental. Sehingga, kejadian salah satu keluarga yang meninggal jam 9 pagi tidak serta merta menginformasikan ke tetangga," ungkap Sukemi.
Sukemi menyebut, Partono juga memiliki keluarga di Surabaya. Namun, keluarganya di Kota Pahlawan disebut juga mengalami keterbelakangan mental. Sementara itu, Sukemi menyebut, Partono belum menikah dan tidak memiliki keturunan.
Untuk itu, pihak desa langsung melakukan gerak cepat untuk mengurus jenazah, tanpa menunggu keluarganya. "Ada saudara di Surabaya itu dalam kondisi yang sama (keterbelakangan mental), sehingga tidak menunggu saudara di Surabaya," imbuhnya.
"Kemudian, begitu pemerintah desa mendengar informasinya, bu kades langsung mengajak semua perangkat mendatangi rumahnya. Sehingga bu kades meminta sebagian perangkat desa yang laki-laki untuk menggali makam, sebagian lagi ada yang mengurus jenazah. Semuanya diurus hingga selesai," pungkasnya.
Penyebar video dengan narasi ngawur diburu polisi! Simak di halaman berikutnya!
6. Respons Cepat Kades Turunkan Perangkat Desa Bantu Prosesi Pemakaman
Sementar itu, Kades Kedak, Sunarti mengaku langsung turun tangan begitu mendengar ada warganya yang meninggal dunia. Ia menyebut, sudah memahami kondisi keluarga yang mengalami keterbelakangan mental hingga masalah ekonomi tersebut.
"Yang jelas pada saat kami mendengar bahwa orang tersebut meninggal, kami langsung mengumpulkan semua perangkat desa untuk menangani. Karena kami tahu sekali, bahkan tetangga dekat, kondisinya kekurangan baik itu secara mental ataupun ekonomi," kata Sunarti.
Sunarti menceritakan kehidupan sehari-hari keluarga tersebut. Sunarti menyebut, warganya yang meninggal memiliki kondisi keterbelakangan mental. Sehari-hari, Partono tinggal bersama keluarganya yang juga mengalami kondisi serupa. Sunarti menambahkan, warganya tidak mengalami penyakit yang serius. Ia hanya mengeluhkan badannya panas dingin di usianya yang sudah mencapai 70 tahun.
"Pak Partono niku sehari-hari tidak bekerja, hanya satu yang bekerja dari seluruh anggota keluarga itu dan sakitnya itu sudah agak lama, jadi sakit biasa panas dingin begitu saja dan sudah tua umur 70 tahun. Keluarganya semua, nyuwun sewu, memang ada keterbelakangan mental," ungkap Sunarti.
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga ini mengharapkan belas kasihan tetangga. Sunarti menyebut, keluarga Partono juga mendapatkan bantuan dari desa, mulai dari Dana Desa (DD) hingga Bantuan Langsung Tunai (BLT).
"Kehidupan sehari-harinya dari belas kasihan tetangga dan ada bantuan dari pemerintah," imbuhnya.
7. Polisi Buru Pelaku Penyebar Video
Penyebar video yang menuliskan narasi jika peristiwa itu mirip kisah di sinetron kini diburu polisi. Polisi menilai narasi yang disebutkan di video tak sesuai dengan fakta yang terjadi.
"Ini masih saya cari (penyebar video)," kata Kapolsek Siswandi.
Siswandi menyebut, penelusuran pada pelaku ini bukan tanpa sebab. Pengunggah video dinilai memberikan narasi ngawur dan memviralkannya. "Masih saya telusuri. Kasihan, nggak sesuai fakta," imbuhnya.
Sebelumnya, dalam video, tampak sejumlah perangkat desa mengenakan seragam cokelat, mereka tengah perjalanan menggotong keranda mayat ke makam. Sementara bacaan tahlil terdengar mengiringi jenazah tersebut.
Video ini direkam oleh seorang pria. Pria tersebut merekam sambil membaca bacaan tahlil. Sementara itu, terlihat seorang wanita berpakaian seragam cokelat yang turut mengantarkan jenazah dan berada paling depan. Wanita tersebut membawa dan menaburkan bunga di jalanan.
Sedangkan para perangkat desa terlihat bergantian menggotong jenazah tersebut. Terlihat juga ada beberapa warga sekitar di sepanjang perjalanan yang mencoba membantu menggotong jenazah. Mereka tampak bunga hingga kendi untuk keperluan pemakaman.
Di dalam video, terdapat narasi yang menyebut jika jenazah terpaksa diantarkan oleh para perangkat desa. Sebab, tidak ada siapapun yang mengantar jenazah tersebut.
"bukan cerita indosiar. ini nyata. tadi siang meninggal gak Ada yang nganterin. sampe perangkat desa yang nganterin keep makam. semoga kita semua nanti meninggal dalam keadaan baik. husnul khatimah," tulis keterangan dalam video yang dilihat detikJatim.