5 Fakta Pengeroyokan Mahasiswa UINSA Dikeroyok 20 Panitia-Ada Luka Tusuk

5 Fakta Pengeroyokan Mahasiswa UINSA Dikeroyok 20 Panitia-Ada Luka Tusuk

Tim detikJatim - detikJatim
Minggu, 04 Sep 2022 09:53 WIB
uinsa surabaya
Potret kampus UINSA (Foto: Dok. Muhammad Maulana)
Surabaya -

Aksi kekerasan kembali terjadi di lingkup kampus. Kali ini, pengeroyokan terjadi di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Sebanyak 3 mahasiswa dikeroyok sekitar 20 panitia Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK).

Tiga mahasiswa itu adalah Muhammad Maulana, Agung Laksono, dan Multazam. Salah satu korban, Maulana mengatakan, pengeroyokan itu terjadi pada Kamis (1/9) sore sekitar pukul 17.15 WIB.

detikJatim menghimpun sejumlah fakta terkait pengeroyokan ini, simak ya!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berawal dari Pengibaran Bendera HMI

Maulana menceritakan, saat itu ia dan dua temannya tengah mengibarkan bendera Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (Ormek) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di depan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH). Lalu, mereka didatangi pengurus senat mahasiswa dan menanyakan izin pengibaran bendera ini.

"Kami tanya balik 'bagaimana prosedur izin pengibaran bendera? Minta contohnya.' Senat mahasiswa tadi tidak dapat memberikan jawaban solutif. 'Tanyakan saja kepada atasan?'. Kami jawab 'atasan siapa?'. Dia balas 'ya senat mahasiswa lah'," kata Maulana saat dihubungi detikJatim, Sabtu (3/9/2022).

ADVERTISEMENT

Lalu, pemuda yang mendatangi Maulana dan temannya mengatakan, jika ia sudah memberikan peringatan.

"Kalau terjadi apa-apa saya tidak bertanggung jawab," ucap panitia yang ditirukan Maulana. Panitia tersebut kemudian pergi meninggalkan dia.

Korban Ngaku Dipukul

Selain itu, Maulana menyebut, usai pergi, panitia tersebut kemudian kembali datang. Namun, jumlah panitia yang datang bertambah. Dengan bergerombol, mereka langsung melakukan pemukulan pada dirinya dan dua temannya.

"Selang beberapa menit, datang segerombol panitia PBAK, senat dan dewan eksekutif mahasiswa menanyakan perihal izin kepada kami. Kami balas seperti ucapan di atas perihal prosedur. Mereka tidak bisa membuktikan," jelasnya.

"Mereka langsung memukul dan keributan terjadi. Korban dari kami ada 3, saya Agung Laksono dan Multazam," tambahnya.

Ada luka tusuk di badan korban, baca halaman selanjutnya!

Korban Alami Luka Tusuk

Pengeroyokan ini akhirnya berakhir setelah didatangi pihak sekuriti. Maulana mengaku dirinya tak terasa jika kepala bagian belakangnya berdarah. Bahkan, terdapat luka tusuk di badan.

"Teman saya Aden (Agung) luka dalam akibat diinjak dan pukul. Multazam luka bengkak akibat dipukul. Paling parah adalah saya dan Mas Aden. Sebelumnya kami ditawari untuk langsung ditangani oleh sekuriti. Tapi kami menolak karena kami nilai akan menghilangkan jejak pelaku. Karena memang dari awal kami berencana untuk mempublish dan membawa ke meja hijau," urainya.

Kampus Sebut Karena Kesalahpahaman

Pihak kampus membenarkan adanya kejadian tersebut. Koordinator Bidang Kerjasama, Kelembagaan, dan Humas UIN Sunan Ampel Surabaya, Ahmad Firdausi membenarkan kejadian tersebut. Ia menyebut kejadian Kamis (1/9) di belakang gedung Twin Tower itu karena kesalahpahaman antara mahasiswa non panitia dengan panitia PBAK.

"Kesalahpahaman terkait pengibaran bendera organisasi mahasiswa ekstra kampus. Dimana disepakati selama kegiatan PBAK tidak ada atribut lain lain selain atribut UIN Sunan Ampel dan fakultas," kata Firdaus.

Firdaus menjelaskan kesalahpahaman itu terjadi karena baik mahasiswa dan panitia PBAK sama-sama lelah sehingga terpicu emosi. Karena kegiatan itu sendiri berlangsung sejak pagi hingga sore menjelang malam.

"Sampai terjadi saling lapor. Sudah selesai kok, sudah diselesaikan secara kekeluargaan. Difasilitasi oleh dekanat dan rektorat," ujarnya.

Untuk laporan ke polisi, pihak kampus belum mengetahui apakah sudah dicabut atau belum. Akan tetapi, Firdaus mengatakan jika permasalahan tersebut sudah diselesaikan secara kekeluargaan.

"Dan masing-masing pihak bisa menahan diri dan selesai. Sudah (bertanggung jawab panitia), sudah diselesaikan semua di dekanat, sudah selesai di fakultas," jelasnya.

Ternyata kasus ini telah dilaporkan ke polisi. Dan laporan tersebut belum dicabut.

Polisi Masih Periksa Saksi

Kanit Reskrim Polsek Wonocolo AKP Ristitanto membenarkan adanya laporan tersebut. Hingga kini laporan belum dicabut dan masih berlanjut.

"Iya ada laporan (mahasiswa UINSA) hari Kamis (1/9). Belum ada pencabutan," kata Ristitanto.

Ristitanto menyebut ada 3 mahasiswa UINSA yang melaporkan insiden pengeroyokan ke Polsek Wonocolo. Pihaknya pun sudah memeriksa satu orang. Dan tiga Mahasiswa UINSA yang melapor sudah dilakukan visum.

"Baru satu yang diperiksa, yang dua belum. Dikeroyok, luka di kepala. Untuk sepintas korban mengalami luka pada sebagian kepala," jelasnya.

Halaman 2 dari 2
(hil/fat)


Hide Ads