Mahasiswa di Surabaya Gelar Aksi Teatrikal Tolak Wacana Kenaikan Harga BBM

Mahasiswa di Surabaya Gelar Aksi Teatrikal Tolak Wacana Kenaikan Harga BBM

Deny Prastyo Utomo - detikJatim
Kamis, 01 Sep 2022 19:30 WIB
Rumah Kebangsaan Jemursari Surabaya
Rumah Kebangsaan Jemursari Surabaya. (Foto: Deni Prastyo Utomo/detikJatim)
Surabaya -

Mahasiswa mengatasnamakan Cipayung Plus Jatim menggelar aksi simpati terkait wacana kenaikan BBM. Mereka prihatin dengan wacana kenaikan BBM tersebut sehingga menggelar aksi teaterikal yang menggambarkan keprihatinan mereka.

Aksi treatrikal itu digelar di Rumah Kebangsaan di Jalan Jemursari dengan menampilkan sosok seorang anggota dewan yang tidak menanggapi keluhan warga yang sudah kehilangan lahan yang diambil alih jadi tambang. Bukannya ditanggapi, seorang anggota dewan itu malah tertidur.

"Bahwa hari ini, pemerintah kita sedang tidak baik-baik saja. Apa tandanya? Wacana kenaikan BBM yang digulirkan sudah membuat gaduh banyak orang. Baru wacana bikin antrean di SPBU. Belum lagi itu akan jadi keputusan," kata Juru bicara Cipayung Plus Jatim Muhammad Fachrurrozi, Kamis (1/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fachrurrozi menambahkan jika kenaikan BBM benar-benar diputuskan maka hal itu akan berdampak pada kenaikan harga-harga kebutuhan yang lain.

"Karena kenaikan BBM ibarat kita memukul kepala ular tentu akan sangat mengigit," ujar Fachrurrozi.

ADVERTISEMENT

Oleh sebab itu, Fachrurrozi menyikapi wacana kenaikan BBM itu. Mahasiswa yang tergabung dalam Cipayung Plus Jatim dan Perwakilan BEM di Jatim menolak rencana kenaikan harga BBM oleh pemerintah dengan alasan tingginya harga minyak mentah dunia hingga di atas US$100 per barel.

"Kenaikan harga BBM bersubsidi akan berimbas terhadap daya beli masyarakat. Musababnya, kenaikan itu akan diikuti oleh lonjakan harga-harga kebutuhan pokok serta biaya jasa yang dibayarkan oleh masyarakat," ujar Fachrurrrozi.

Tidak hanya itu, kata dia, kondisi ekonomi masyarakat yang belum sepenuhnya pulih akibat dampak Pandemi COVID-19 akan kembali terpuruk dan iklim investasi di dalam negeri akan terpengaruh.

"Ditambah lagi, kondisi ekonomi masyarakat yang belum sepenuhnya pulih pasca-pandemi Covid-19. Selain resiko terhadap daya beli, kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan bisa mengganggu iklim investasi di Indonesia," ujarnya.

Lebih lanjut, ia menambahkan, kenaikan harga bahan bakar ditengarai memunculkan penolakan oleh pelbagai elemen masyarakat termasuk Rumah Kebangsaan Jawa Timur. Dan akan berpengaruh terhadap kepercayaan investor," ujarnya.

Berikut ini lima tuntutan yang disampaikan mahasiswa Cipayung Plus Jatim kepada pemerintah.

1. Menuntut pemerintah untuk segera memperbaiki sistem pemberian subsidi agar tepat sasaran.

2. Menuntut Kementerian Keuangan agar dapat memprioritaskan APBN untuk kesejahteraan masyarakat.

3. Membentuk satgas pengawasan terkait penerimaan Bahan Bakar Minyak bersubsidi.

4. Mengevaluasi kinerja BPH MIGAS karena tidak mampu menjalankan fungsi pengaturan dan pengawasan terhadap penyediaan dan pendistribusian Bahan Bakar Minyak.

5. Mendorong percepatan transisi Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui kebijakan-kebijakan pemerintah.




(dpe/iwd)


Hide Ads