Pemkab Kediri Lakukan Rehabilitasi Pendopo Panjalu Jayati

Pemkab Kediri Lakukan Rehabilitasi Pendopo Panjalu Jayati

Dea Duta Aulia - detikJatim
Selasa, 30 Agu 2022 09:52 WIB
Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana
Foto: Pemkab Kediri
Jakarta -

Pemerintah Kabupaten Kediri melakukan rehabilitasi Pendopo Panjalu Jayati yang dimulai sejak, Senin (29/8/2022). Rehabilitasi ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi dan bentuk pendopo seperti semula.

Plt Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) Agus Sugiarta mengatakan program tersebut merupakan inisiasi dari Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana. Nantinya, pendopo tersebut bersifat terbuka yakni tidak ada tembok dan jendela kaca seperti selama ini.

"Inisiasi dari Mas Dhito, tahun 2022 ini Dinas Perkim mendapatkan tugas untuk melakukan rehab pendopo dikembalikan fungsi dan bentuknya seperti semula bahwa pendopo ini rumah masyarakat yang memiliki arti keterbukaan," kata Agus dalam keterangan tertulis, Selasa (30/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menuturkan, nantinya bagian dinding pendopo juga akan dihilangkan sehingga masyarakat bisa lebih bebas untuk masuk. Bergeser ke lantai pendopo, nantinya akan dinaikan dan diganti dengan granit serta atapnya juga akan dinaikkan dengan langit-langit bermotif kayu.

"Proses pelaksanaannya diperkirakan 4 bulan sampai akhir Desember tahun (2022) ini," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4) Imam Mubarok mengatakan pihaknya mendapatkan arahan dari Hanindhito Himawan Pramana untuk melakukan pengawasan proyek tersebut. Sehingga hasil dari rehabilitasi Pendopo Panjalu sesuai dengan ekspektasi dan tidak asal-asalan.

Ia menambahkan, pendopo tersebut memiliki cerita sejarah yang begitu kental. Sebab pendopo tersebut dibangun sekitar tahun 1800an pada masa pemerintahan Pangeran Slamet Poerbonegoro.

"Bangunan pendopo telah beberapa kali mengalami renovasi. Pertama di awal tahun 1930 di mana konsep pendopo semula sama dengan di Puri Mangkunegaran, Surakarta," kata Imam.

Kemudian, pada 1966 pendopo berubah dengan adanya sekat kaca kecil-kecil namun tetap mempertahankan 8 soko guru yang ada. Lalu pada 1994 pendopo kembali mengalami perubahan pada bagian atas.

"Kalau dalam konsep masuk dalam cagar budaya atau tidak, ini tidak masuk karena sudah ada perubahan," tutupnya.




(ega/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads